Lihat ke Halaman Asli

Janggalnya Berita Advertorial di Radar Madura

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1354870867688587132

Sangat sering saya kecele membacaberita di halaman dalam Radar Madura. Sudah serius membaca berita, eh… ternyata advertorial.Pernah saya membaca berita prestasi siswa MTsN Sumenep yang memenangkan olympiade Matematika di Beijing. Sial, berita itu advertorial. Artinya, MTsN Sumenep membayar kepada Radar Madura agar berita prestasi siswanya bisa dimuat.

Bagi saya, ini janggal. Bagaimana mungkin berita siswa berprestasi menjadi berita advertorial? Bukankah berita ini layak muat mengingat bisa memberi inspirasi bagi siswa lain atau lembaga pendidikan lain?Apakah jika MTsN tidak membeli space, berita ini tidak akan dimuat Radar Madura, sekalipun MTsN mengundang wartawan Radar Madura untuk meliput?

Bukan itu saja, kejanggalan lain Radar Madura tidak secara jelas memuat mana berita “asli” [saya menyebutnya begitu] dan mana yang advertorial. Berita advertorial “dikecohkan” sebagai berita “asli”. Karena keduanya tidak ada pembeda baik dari sisi layout-nya misalnya font, warna, garis pembatas, dan seterusnya. Jadi pembaca tidak akan bisa membedakan dengan tegas mana asli, mana advertorial.

Setahu saya, berita advertorial di-layout agak menyolok. Mulai sejak fontnya berbeda, warna background-nya agak gelap, dan ada garis pembatas yang tegas dengan berita “asli”. Dengan begini, pembaca jadi tahu mana yang asli dan mana yang advertorial. Terserah pembaca kemudian, apakah mau baca atau ditinggal karena meski berita toh posisinya sama dengan iklan.

Kemarin Radar Madura kembali melakukan kejanggalan dengan “mengecohkan” berita advertorial. Saya tertarik membacanya, karena ini kegiatan social, tentang donor darah. Sama dengan sebelumnya, berita advertorial ini tidak ditempatkan dalam space yang menyolok. Artinya, dikaburkan dengan berita asli. Begitu tahu di bagian akhir ada tulisan begini ….[advertorial]…saya seperti tertipu. Berarti saya telah membaca berita kegiatan social yang dimuat karena bayar.

[caption id="attachment_220098" align="aligncenter" width="620" caption="ini berita advertorial itu/lihat lingkaran merah dok. pribadi"][/caption] [caption id="attachment_220099" align="aligncenter" width="281" caption="ini lagi...[kalau ini memang kerjaan politisi untuk naikin citra"] dok. pribadi"]

13548709641809918731

[/caption]Berita advertorial di atas yang berjudul “Donor Darah Dinsos Disambut Antusias warga” berada di bawah berita “asli”, “Pembahasan RAPB Terancam Molor”. Di samping kiri ada berita advertorial juga berjudul, “Ketua FPKB Donorkan Darah”. 2 berita advertorial dan satu berita asli yang berada dalam satu halaman ini di-layout sama dan tak ada pembeda yang tegas 2 berita advertorial dengan satu berita yang asli. Jika tiga berita di-full-kan seperti gambar berikut ini:

[caption id="attachment_220100" align="aligncenter" width="448" caption="lihat 3 berita seolah-olah sama. pada hal dua iklan, hanya satu yang asli. merah advertorial, biru asli/dok pribadi"]

13548711061846571281

[/caption] Terus terang saya tidak paham etika jurnalistik terutama terkait dengan penulisan berita, apakah berita advertorial bisa “dikecohkan” dengan berita yang bukan? Terus, apakah semua jenis berita bisa ditulis dalam bentuk advertorial? Jika ia, bukankah peluang ini bisa disalahgunakan oleh media untuk minta “sesuatu” terhadap sumber berita? Tolong saya kasih pencerahan.

Matorsakalangkong

Pulau Garam | 7 Desember 2012

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline