Mohon tunggu...
Najmi Kamilah
Najmi Kamilah Mohon Tunggu... Pelajar

Hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang Bayang di Balik Hati

25 September 2025   20:35 Diperbarui: 25 September 2025   20:35 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil, tinggallah seorang pemuda bernama Rayyan. Di lingkungan tempat tinggalnya, ia terlihat sangat taat beribadah: ia sering shalat di masjid, membaca doa dengan suara keras, dan kerap menasihati orang lain untuk menjauhi perbuatan buruk. Namun, di balik semua itu, Rayyan memiliki sisi lain yang hanya dia dan Allah yang tahu.

Ketika malam tiba dan orang lain tertidur, Rayyan malah terjerumus ke dalam dunia gelap. Ia terlibat dalam perbuatan dosa melalui ponselnya, membiarkan matanya terfokus pada hal-hal terlarang. Hatinya dingin dan keras seperti batu. Jika ada yang memberikan nasihat, ia cepat marah dan tersinggung. Dan makin lama, munculah sifat munafik dalam dirinya yang berakhir membuat iman Dio semakin berkurang.

Suatu hari di  sebuah masjid, seorang ustadz memberikan sebuah ceramah serta membacakan dalil dari ayat Al-Qur'an:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dilihat orang). " (QS. An-Nisa: 142)

Pernyataan itu menyentuh sebagian jamaah, namun tidak untuk Rayyan, ia hanya tersenyum tipis sambil menepuk dada. "Alhamdulillah, itu bukan aku," bisiknya, seakan-akan berbohong kepada dirinya sendiri. Padahal, ayat itu seolah ditujukan langsung untuknya. Namun, hatinya yang keras membuatnya enggan untuk merenung.

Beberapa hari kemudian, temannya yang bernama Ilham datang. Ilham mengetahui sifat asli Rayyan. Ia berusaha memberi nasihat dengan lembut, "Yan, aku tahu kau shalat di masjid, tetapi aku juga tahu apa yang kau lakukan di balik layar. Jangan main-main dengan Allah. Kehidupan ini singkat. Jika hati kita keras, Allah bisa mencabut hidayah kapan saja. "

Rayyan langsung marah. "Kau merasa lebih baik! Urus saja dirimu sendiri. Aku tahu kapan aku harus bertobat. Jangan ikut campur urusanku! " katanya dengan wajah merah. Ilham hanya terdiam, hatinya sedih melihat sahabatnya semakin menjauh.

Hari berlalu, tetapi Rayyan terus percaya bahwa ia tidak melakukan kesalahan. Dia tidak mau bertaubat.  Ia tetap memiliki sifat munafik itu.  Pada akhirnya, pada suatu malam, ia mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia berada di padang yang luas seorang diri. Saat ia mencoba melangkah, langkahnya terasa berat, dan dari jauh ia melihat api besar yang berkobar, sementara jalannya penuh duri. Lalu, terdengar suara yang kuat:

"Inilah balasan bagi hati yang munafik dan keras. Mereka menipu Allah, padahal Allah lah yang paling tahu isi hati. "

Rayyan terbangun dengan tubuh bergetar juga keringat dingin yang mengalir di wajahnya. Ia berusaha menenangkan diri, tetapi bayangan tentang mimpir tersebut terus menghantuinya . Namun sekali lagi, ia tetap keras hati dan tidak berusaha mengambil pesan yang berusaha disampaikan oleh Allah SWT melalui mimpinya itu. "Ah, hanya mimpi," desahnya sambil kembali membuka ponselnya.

Allah memang Maha Adil. Tidak ada yang bisa menghindar dari balasan-Nya. Suatu sore, Rayyan tiba-tiba jatuh sakit. Suhu tubuhnya meningkat drastis, dadanya terasa sesak dan pandangan nya mengabur. Ia dibawa ke rumah sakit, dan dokter mengabarkan bahwa ada masalah serius pada jantungnya. Meski usianya masih muda, penyakit itu datang dengan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun