Lihat ke Halaman Asli

Ashwin Pulungan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Indonesia Akan Diintai Dari Cocos Keeling

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13334247001400713942

Cocos Keeling Island merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa gugus Pulau kecil yang luasnya hanya ±14,2 Km2, Motto pemerintahannya dan wisatanya adalah : "Maju Pulu Kita" merupakan wilayah kekuasaan Australia sejak 23 November 1955 dengan menggunakan mata uang Australian Dollar (AUD.$) masyarakatnya bertransaksi.  Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Cocos dan Inggris sebanyak 80%  penduduknya beragama Islam Sunni dari penduduk berjumlah ± 600 Orang (sensus 2009). Aktivitas ekonominya adalah Pariwisata, perikanan laut, dan hasil bumi lainnya dan sebagian dari kebutuhan masyarakatnya masih dimasukkan dari Australia. Pulau dengan luas terbesar adalah Pulau Panjang (West Island) ±6,23 Km2. Nama-nama pulaunya juga masih dalam bahasa Melayu dari 24 pulau yang ada diantaranya seperti Pulau Luar, Pulau Tikus, Pulau Pandan dan Pulau Atas. Jarak Pulau Cocos Keeling dengan perbatasan Indonesia sangat dekat ± 1.220 Km dan jarak dengan Kota Bandung ± 1.800 Km.

Menarik sekali dari tiga tulisan Kompasianer yaitu Sdr/i. Mata Hati dan Mbak Veronika Nainggolan untuk mengingatkan kita semua terutama Pemerintah Indonesia agar selalu waspada terhadap intaian dari negara asing yang paling agresif seperti AS. Walaupun isi tulisannya hampir sama dan juga sumbernya, semoga mereka berdua tidak merupakan makhluk kompasianer kloningan yang ramai dibahas akhir-akhir ini. Begitu juga tulisan sdr. Alip Yog Kunandar.

Pada Tahun 1969, saya sangat tertarik dengan cerita kopra dari Pulau Cocos Keeling, karena disana banyak sekali pohon kelapa pada waktu itu. Pulaunya yang indah terletak  di Samudra Hindia dan posisinya tidak terlalu jauh dari Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Sumatra Selatan.  Pernah terbetik pada pikiran saya pada tahun itu bahwa seandainya Pulau Cocos Keeling dijadikan pangkalan militer asing, akan bagaimana Indonesia ini kedepan. Ternyata sejenak lintasan pikiran itu sekarang akan menjadi kenyataan.

Seperti yang telah dikatakan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, "kemungkinan AS menggunakan Pulau Cocos yang terpencil itu sebagai pangkalan militer AS". Untuk realisasi tujuan tersebut, Wakil Menlu AS Kurt Campbell telah berkunjung ke Canberra untuk membahas secara matang dengan Menlu Australia Bob Carr. Namun rencana ini tidak menjadi perhatian utama serta tidak menjadi bagian rencana besar penguatan hubungan militer antara Australia dan Amerika Serikat. Selanjutnya dikatakan, "Kami menilai Cocos sebagai lokasi yang bernilai strategis untuk jangka panjang," kata Smith. Kita jangan percaya ucapan ini, bisa saja pembangunan pangkalan militer ini sedang mereka laksanakan secara serius  diam-diam.

Kalau kita perhatikan perkembangan kekuatan militer China serta perkembangan ekonominya membuat beberapa negara yang mengaku adidaya merasa galau berkepanjangan dan untuk mengimbangi pamer kekuatan China itu AS memerlukan pijakan pangkalan yang sangat strategis di Samudra Hindia salah satunya adalah Kepulauan Cocos Keeling. Rencana AS untuk membuat pangkalan militer disamping untuk mengimbangi China, AS juga punya kepentingan di Indonesia, apalagi Indonesia memiliki hubungan yang baik juga dengan China. Lalu China bermaksud akan mengklaim Pulau Natuna miliknya Indonesia sebagai bagian dari wilayah China selanjut dengan gencarnya investasi sumur minyak China di Indonesia. Pastilah pangkalan itu akan bermata ganda disamping mematai kekuatan China dan Asia Tenggara pastilah mematai juga Indonesia.

Adanya rencana penempatan program Global Hawk di Pulau Cocos Keeling diantaranya adalah teknologi dari kekuatan Angkatan Udara AS berupa pesawat tidak berawak untuk melakukan pengintaian yang mampu melintasi kawasan wilayah intainya yang cukup luas  dan pesawat itu pasti akan melintasi wilayah Indonesia. Mampukah peralatan deteksi  kita bisa mendeteksi pesawat intai tak berawak AS itu ? Hal ini cukup mengkhawatirkan. Apalagi Jawa Barat terutama kawasan Bandung memiliki pabrik senjata strategis Nasional yang cukup kreatif produksinya dan ini merupakan alasan kuat daya tarik intaian pihak asing.

Bagi AS untuk mematai Indonesia saat ini merupakan hal yang sangat mudah. Banyaknya LSM di Indonesia yang dibiayai AS serta adanya jaringan telekomunikasi AS yang dipakai banyak konsumen Indonesia, adalah merupakan sadapan harian AS bagi Indonesia. Isi Indonesia secara lengkap sebenarnya sudah ada pada bank data intelijen AS. Pada pesawat telekomunikasi satelit seperti Palapa produksi AS sangat bisa ditempeli alat sadap elektronik untuk kepentingan AS.

Mengapa AS dan Australia tidak memakai Pulau Christmas yang lebih dekat dengan Kota Jakarta yang jaraknya lebih kurang 975 Km, ini juga mengundang kuat tanda tanya. Apakah fasilitas pengintaian sudah lama dibangun di Christmas Island ? Mungkin saja  aparat pertahanan Indonesia sudah memiliki segudang informasinya.

Betapa dekatnya Kepulauan Cocos Keeling dengan Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Sumatra Selatan. (1) [caption id="attachment_172433" align="aligncenter" width="400" caption="www.ausairpower.net"]

133342484992064618

[/caption] (2)

13334250241090031941

(3) Pembangunan kota di Pulau Panjang (West Island)

1333425191629172443

(4)

[caption id="attachment_172474" align="aligncenter" width="300" caption="Bendera Cocos Keeling Island (www.commons.wikimedia.org)"]

13334323072101015182

[/caption]

Harapan yang diinginkan penulis dan teman penulis lainnya para Kompasianer, adalah Pemerintah Indonesia bersegera cari tahu, lakukan lobi dengan beberapa negara tetangga lainnya untuk  dan dapat menghambat rencana AS dan Australia membangun pangkalan militer mereka di Pulau Cocos Keeling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline