Pagi ini, saya Omjay kembali membuka rekaman lama Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) tahun 2016. Ada rasa haru yang menyelinap di hati, ketika mengingat bagaimana untuk pertama kalinya kegiatan ini bisa dilaksanakan di Aula Gedung A Kemdikbud Senayan, Jakarta. Sebuah langkah kecil namun penuh arti, di tengah perjuangan para guru TIK dan KKPI agar mata pelajaran ini tidak dipandang sebelah mata. Omjay sendiri saat itu tak bisa mengikutinya sampai selesai karena ditugaskan membawa siswa SMP Labschool Jakarta untuk studi banding ke Jepang.
Siapa sangka, perjalanan panjang itu kini membawa kita menuju pelaksanaan OTN yang ke-7, pada tanggal 22--26 Oktober 2025, di ICE BSD Serpong, Tangerang. Tempat yang megah itu akan menjadi saksi semangat anak-anak bangsa, yang siap berkompetisi dalam bidang teknologi dan informatika, sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia punya generasi muda yang unggul, kreatif, dan siap menghadapi tantangan era digital.
Kegiatan ini murni gotong royong dari donasi semua peserta, dan tidak menggunakan anggaran dana dari pemerintah. Tak ada satu sen pun uang dari APBN maupun APBD. Kami ingin membuktikan kepada pemerintah, bahwa semangat gotong royong dapat membuktikan bahwa TIK itu penting kepada para pejabat kemdikbud yang saat itu menghapus mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013.
Logo OTN 2025/OTN.or.id
Jejak Perjuangan Guru TIK dan KKPI
Tidak bisa dipungkiri, sejarah OTN adalah bagian dari sejarah perjuangan para guru TIK dan KKPI. Pernah ada masa kelam ketika mata pelajaran ini dihapus dari Kurikulum 2013. Saat itu, banyak guru merasa kehilangan identitas, bahkan ada yang khawatir harus berpindah profesi. Namun, bukannya menyerah, para guru justru semakin solid. Mereka berkumpul, membentuk komunitas, berbagi ilmu, dan terus memperjuangkan eksistensi informatika di sekolah.
Rapat perdana di Kantor kemdikbud Senayan Jakarta/dokpri
OTN lahir dari semangat itu. Olimpiade TIK dan Informatika Nasional (OTN) bukan sekadar lomba, melainkan wadah kebangkitan guru TIK dan KKPI di Indonesia (Sekarang bernama Informatika di kurikulum merdeka).
Di setiap penyelenggaraannya, selalu ada kisah inspiratif: siswa yang tadinya ragu dengan kemampuannya tiba-tiba bersinar; guru yang awalnya tidak percaya diri kini berani tampil sebagai pembimbing hebat; hingga dukungan orang tua yang rela menempuh perjalanan jauh demi mendampingi buah hatinya.