Mohon tunggu...
Andri Kurni19
Andri Kurni19 Mohon Tunggu... Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret

Saya adalah mahasiswa yang menekuni bidang pendidikan dan pengajaran yang saat ini sedang melakukan studi yang orientasinya ke arah pendidikan bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Filsafat Bahasa untuk Menguatkan Kesadaran Berbahasa dengan Berkomunikasi di Masyarakat

22 September 2025   17:45 Diperbarui: 22 September 2025   17:45 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"Saudaraku, bahwa kehidupan ini adalah roda yang selalu berputar sebagaimana upaya setiap individu yang hidup untuk memperjuangkan asa-asanya. Oleh karena itulah, mari kita manfaatkan potensi dan akal Budi kita untuk memperjuangkan asa-asa itu, dengan niat dan konsistensi yang ideal, pasti Tuhan akan memberikan jalan."

Paham akan pentingnya pendidikan yang berdampak pada pembentukan jati diri manusia, merupakan hal ihkwal yang dipelajari dalam ilmu filsafat dan bahasa. Komponen ilmu filsafat berupaya menggali sejauh mana intelektualitas manusia pada pemahaman objek yang akan ditelusuri secara ilmiah, sehingga dapat di logika oleh akal Budi Manusia. Sebagaimana bahasa, sebagai alat komunikasi antarsesama manusia dapat dikolaborasikan melalui ilmu filsafat. Jadinya, segala sesuatu yang akan dipahami mengarah sebagai objek kajian filsafat bahasa.

Pada kesempatan kali ini, penulis berusaha memberikan gambaran betapa pentingnya filsafat bahasa sebagai pilar kemajuan sebuah bangsa yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman penulis yang terjadi saat acara rapat rutin pemuda dan pemudi SASKADA (Sasana Kreativitas Aktivitas Kawula Muda), salah satu nama perkumpulan muda-mudi di daerah penulis. Terdapat fenomena nyata, yang menunjukkan pemahaman akan filsafat bahasa sebagai dasar untuk memberdayakan potensi kawula muda.

Cabang filsafat yang membahas hakikat, asal-usul, dan fungsi bahasa dinamakan filsafat bahasa. Fokus rumpun ilmu filsafat bahasa ialah memahami dan menjelaskan bagaimana bahasa berkerja, arti kata-kata yang lanjut pada makna, sehingga bahasa mampu mewujudkan arti dari setiap pembicaraan antarsesama manusia yang memiliki tujuan baik tersirat maupun tersurat.
Potensi yang akan diungkap berdasarkan kajian ilmu filsafat bahasa ialah, bagaimana bahasa mampu mengubah kultur suasana menjadi lebih interaktif, sehingga kekuatan komunikasi terbentuk dan hakikat diadakannya perkumpulan rutin adalah kenyataan yang dapat diupayakan. Penulis mengawali dengan sambutan sebagai penyedia tempat/tuan rumah. Usaha penulis ialah melakukan komunikasi multiarah yang dapat dipahami oleh semua anggota karang taruna Saskada yang sudah hadir. Kekuatan bahasa sebagai simbol adanya kehidupan kelompok masyarakat yang menyepakati adanya tujuan rapat rutin setiap bulan. Berhubung kondisi saat itu, para pemuda hanya terbatas, kemudian ketua dan pengurus yang tidak dapat hadir karena ada kepentingan pribadi, maka suasana hening, dan tidak ada tindak lanjut dalam kegiatan rapat rutin tersebut.

Melihat kondisi yang sedemikian rupa, maka penulis terus berusaha agar suasana dalam rapat rutin aktif dan terjadi umpan balik pembicaraan yang terarah dan bermanfaat. Kekuatan bahasa yang dimanfaatkan penulis ialah pemberian sambutan yang menekankan adanya tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.  Ketiga unsur tersebut merupakan bagian dari bahasa yang dapat dikaji secara filsafat. Sebagaimana diungkap oleh para ahli bahasa di dunia, bahwa bahasa memiliki kekuatan untuk mendapatkan respon atau umpan balik baik mitra tutur dan penutur, sehingga penutur dapat mengungkapkan gagasan dan isi hati melalui bahasa dengan cara berkomunikasi. Komunikasi yang diharapkan penulis dalam konteks rapat rutin Saskada saat itu ialah, munculnya kesadaran berbahasa sebagai sarana memupuk rasa persatuan dan kesatuan yang diwujudkan melalui solidaritas kepemudaan. Hal ini ditinjau dari pasifnya para anggota pemuda yang tidak tau, apa yang akan dibicarakan, dan bagaimana hasil dari pertemuan rutin di bulan Oktober ini. Setelah sambutan yang diberikan, yang isinya meliputi mengajar mensyukuri kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, ucapan terimakasih sebagai apresiasi kehadiran teman-teman Saskada, motivasi sebagai penguatan kebersamaan dalam Saskada, dan permohonan maaf bilamana terdapat kekurangan selama penjamuan dan pengadaan fasilitas. Unsur-unsur itulah yang mengawali keaktifan para anggota Saskada yang hadir, sehingga situasi dan kondisi lebih hidup selayaknya konsep peristiwa tutur yang menghasilkan sebuah temuan berupa ide-ide kreatif dan kolaboratif.

Daya ujaran yang dilakukan penulis, memperlihatkan bagaimana kekuatan bahasa sebagai dasar membangun komunikasi yang aktif dan produktif, yang dapat membangun kemajuan dalam setiap pertemuan. Kemajuan yang berupa motivasi, gagasan, problematika yang terdapat solusinya, dan rencana matang yang dapat direalisasikan oleh para pemuda Saskada. Dalam hal ini, penulis berusaha mengungkap bagaimana kesadaran berbahasa Indonesia dalam menguatkan potensi antarindividu melalui pertanyaan pemantik. Diambil langkah dengan pertanyaan pemantik, bertujuan menghidupkan suasana rapat rutin yang belum ada dampaknya, sementara waktu semakin malam. Artinya, penulis berusaha menciptakan komunikasi yang interaktif dan bisa membangun semangat para pemuda yang nantinya menjadi generasi penerus sebagai aktivis masyarakat. Topik yang dibahas penulis dalam kesempatan tersebut ialah, bagaimana upaya individu dalam menghadapi tantangan globalisasi yang berdampak pada ekonomi masyarakat. Terdapat satu subjek yang diwawancarai penulis, bernama Sdr. Riyan Effendi, sebagai anggota karang taruna Saskada, yang ingin mengungkapkan ide beserta gagasannya, kala ia menanggapi pertanyaan pemantik yang diajukan oleh penulis ini.  Kesanggupan sdr. Riyan untuk diwawancarai menunjukkan pentingnya pemikiran yang mendalam bagaimana bahasa mampu menggerakkan seluruh objek yang ada di sekitarnya. Tanpa bahasa yang komunikatif, maka acara pertemuan rutin  Saskada, tiada artinya dan hanya membuang-buang waktu saja. Tapi, dengan adanya sesi wawancara ini, maka semua anggota yang hadir mulai fokus melihat, mengidentifikasi, dan mendengarkan secara reseptif, apa yang akan dibahas oleh penulis beserta narasumber yang muncul di sela rapat rutin.

Ditemukan beberapa problematika yang mengarah pada filsafat bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan melalui kesiapan diri dan pemahaman dalam berbahasa secara lisan, oleh narasumber. Berhubung tulisan ini bersifat mengeksplorasi khazanah keilmuan bahasa dari kehidupan sehari-hari, maka temuan ini diangkat menjadi sebuah topik yang memperjelas pentingnya belajar berbahasa Indonesia secara lisan yang baik dan efektif. Ungkapan yang ditemukan dalam konteks peristiwa tutur ini berupa tindak tutur lokusi dan ilokusi, namun dalam tulisan ini kedua aspek tersebut akan dibahas secara umum melalui paradigma  filsafat bahasa. Narasumber menjawab, "Saya sebagai generasi muda, baru bisa mempromosikan usaha Bapak saya, sebagai penjual mie ayam di kampung". Selanjutnya, "Tapi sebelum itu saya lupa ingin berbicara apa, dari topik yang Mas Andri bahas baru saja"

Setelah itu, maka penulis yang sekaligus menjadi peneliti dalam konteks ini, menjawab, "Baik, akan saya bantu Mas Riyan, silakan jelaskan bagaimana usaha Bapak dalam menjual mie ayam sampai saat ini, kemudian berikan pendapat saudara, terkait tindaklanjut dari usaha yang sudah digeluti, sehingga dapat menjadi poros penggerak ekonomi masyarakat yang kreatif di masa kini"
Langsung, dijawab dengan baik oleh narasumber dengan bahasa Indonesia secara lisan, "Terimakasih Mas Andri, sudah dibantu, saya harus menjawab seperti apa. Langsung ke inti pertanyaan, bahwa Bapak saya bernama Jono, memang memiliki usaha berjualan mie ayam di kampung. Usaha tersebut dirintis oleh Bapak, sejak saya kecil untuk mencukupi kehidupan sehari-sehari, sehingga cukup untuk hidup. Dalam berjualan, pertama-tama Bapak keliling dengan gerobaknya dengan harga jual senilai 4.000,00 itu sudah 13 tahun lamanya, sehingga sekarang mie ayam tersebut dijual seharga 9.000,00 di depan rumah bersama Ibu saya." Setelah menjelaskan, riwayat usaha Bapaknya, kemudian narasumber mengungkapkan gagasan yang bersifat informasi sebagai berikut: "Saya sebagai anak tertua dari dua bersaudara, lebih memilih untuk bekerja pribadi sebagai pekerja bangunan, mengingat saya belum memiliki kesiapan dalam berwirausaha. Namun, saya tetap berusaha mempromosikan usaha mie ayam Bapak saya, melalui kesempatan dalam sesi wawancara saat ini, semoga bisa memajukan usaha Bapak".

Berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh narasumber, membuktikan adanya kekuatan bahasa untuk menguatkan potensi yang dimiliki, untuk dijadikan ide- ide kreatif dalam berwirausaha untuk menggerakkan dan memberdayakan ekonomi masyarakat di masa kini. Sehubungan dengan hal ini, dapat ditarik simpulan bahwa filsafat bahasa memegang peran penting bagi setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat untuk menginovasi dan mengembangkan pentingnya kesadaran berbahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam acara-acara kemasyarakatan, khsusunya pertemuan rapat rutin yang dilaksanakan oleh karang taruna Saskada, di Gabahan RT 03/04 Menuran Baki Sukoharjo, pada pukul 20.00-22.00WIB. Hal ini juga, menjadi temuan penting, bagaimana keterampilan berbahasa Indonesia secara lisan ditengah kehidupan masyarakat yang selalu berkembang.

Akhir kata penulis selalu berupaya mengimplementasikan ilmu yang dirasa bermanfaat dan berharga bagi seluruh khayalak di media massa dan media digital, bahwa kemampuan berbahasa dapat dilatih melalui aktivitas membaca dan menulis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Ratulisa, Prof.Dr.Muhammad Rohmadi, M.Hum., sebagai berikut: "Membacalah untuk menulis, dan menulislah agar dibaca umat sepanjang hayat". Sehingga beliau selalu berpesan, "Jadilah seperti matahari, bulan, dan bintang yang selalu setia menyinari bumi, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia." Berdasarkan ide dan gagasan dari pengalaman penulis di atas, semoga menginspirasi seluruh generasi NKRI agar terus tumbuh membangun Indonesia yang berdaulat melalui rajin membaca dan menulis. Dengan demikian tulisan ini bermanfaat, untuk memberikan sumber informasi bahwa filsafat bahasa memiliki kontradiksi secara utuh, untuk membangun sumber daya manusia yang unggul dan bermartabat secara berkelanjutan melalui pemahaman komunikasi yang komunikatif dan interaktif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun