Semarang---Pendidikan sains di sekolah dasar seringkali menjadi tantangan bagi guru karena konsep-konsep ilmiah perlu disampaikan dengan bahasa yang sederhana, kontekstual, dan mudah dipahami anak. Guru dituntut untuk menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hafalan, tetapi juga mampu menghidupkan rasa ingin tahu serta imajinasi siswa. Sebagai mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang (UNNES), saya terdorong untuk menghadirkan inovasi media pembelajaran yang ramah anak. Salah satunya adalah melalui buku cerita Petualangan Energi Dito dan Sasa. Buku ini menjadi contoh konkret bagaimana pembelajaran sains dapat dikemas dalam bentuk cerita yang menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak.
Anak-anak pada usia sekolah dasar cenderung menyukai cerita karena cerita mampu menyentuh imajinasi, menghadirkan tokoh yang bisa dijadikan teladan, serta mempermudah pemahaman terhadap konsep-konsep yang abstrak. Melalui alur narasi yang sederhana namun penuh makna, buku Petualangan Energi Dito dan Sasa hadir sebagai sarana efektif untuk mengenalkan konsep energi. Dengan membaca kisah ini, siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru, tetapi juga merasakan pengalaman seolah-olah mereka ikut berpetualang bersama tokoh dalam cerita.
Isi cerita dalam buku ini menampilkan Dito dan Sasa yang berpetualang mengenal berbagai bentuk energi di sekitar mereka, mulai dari energi panas, cahaya, bunyi, hingga energi listrik. Cerita ini tidak hanya bersifat menghibur, tetapi juga sarat edukasi. Anak-anak dapat memahami bagaimana energi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari kegiatan sederhana seperti menyalakan lampu hingga menjaga kebersihan lingkungan dengan hemat energi. Lebih dari itu, kisah ini juga menanamkan nilai pentingnya bersikap bijak dalam menggunakan energi demi keberlangsungan hidup di masa depan.
Manfaat dari penggunaan buku ini dalam pembelajaran sangat beragam. Pertama, buku ini mampu meningkatkan literasi sains sejak dini karena siswa diajak mengenal istilah dan konsep energi dengan cara yang menyenangkan. Kedua, cerita yang imajinatif mampu mengembangkan daya imajinasi dan rasa ingin tahu anak sehingga mereka lebih aktif dalam bertanya maupun mengeksplorasi. Ketiga, pembelajaran berbasis cerita ini mendorong anak untuk membiasakan berpikir kritis melalui pertanyaan reflektif setelah membaca, seperti "Mengapa kita harus menghemat listrik?" atau "Apa yang terjadi jika energi cahaya tidak ada?" Keempat, buku ini juga menumbuhkan kesadaran lingkungan tentang pentingnya penggunaan energi secara bijak, sebuah nilai yang sangat relevan di tengah isu krisis energi saat ini.
(Foto menjelaskan buku cerita di dalam kelas 4 (Sumber: Koleksi Pribadi)
(Foto bersama 2 siswa yang memerankan percakapan sebagai Dito dan Sasa dalam buku (Sumber: Koleksi Pribadi)
Lebih menarik lagi, buku cerita Petualangan Energi Dito dan Sasa telah diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Ngaliyan pada hari Rabu, 1 Oktober 2025. Pada kesempatan tersebut, saya sebagai mahasiswa UNNES berkesempatan menjelaskan isi cerita dan mendampingi guru dalam kegiatan belajar. Hasilnya, siswa terlihat antusias mengikuti alur cerita, bahkan aktif memberi tanggapan dan menceritakan kembali bagian favorit mereka. Hal ini membuktikan bahwa media berbasis cerita mampu meningkatkan keterlibatan siswa dan menciptakan suasana belajar yang lebih hidup.
(Foto bersama seluruh siswa kelas 4 (Sumber: Koleksi Pribadi)
Buku cerita Petualangan Energi Dito dan Sasa menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa juga dapat berkontribusi dalam menghadirkan inovasi pembelajaran. Dengan pendekatan sederhana namun bermakna, siswa dapat belajar sambil berimajinasi, berempati dengan tokoh, serta memahami konsep ilmiah dengan lebih mudah. Inovasi media seperti ini diharapkan mampu memperkaya strategi guru dalam mengajarkan sains di sekolah dasar, sekaligus menjadi wujud nyata kontribusi mahasiswa UNNES dalam membangun pendidikan yang lebih kreatif, menyenangkan, dan bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI