Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasi Kotak Jumat, Luka Rakyat, dan Abainya Pemimpin

3 Oktober 2025   15:15 Diperbarui: 3 Oktober 2025   15:56 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Jumat yang Menggetarkan

Jumat itu, selepas khutbah, jamaah Masjid Darut Taubah berkumpul di ruang kantor masjid. Nasi kotak dibagikan. Sederhana, tanpa sendok dan piring, semua menyantap dengan tangan. Namun, suasana hangat kebersamaan terasa menguatkan hati.

Khatib tadi membahas   hadis Rasulullah ﷺ:  “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Jika ia mendapat nikmat, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ditimpa musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Beliau menambahkan, kesulitan sekecil apa pun—bahkan duri yang menusuk kaki—dapat menggugurkan dosa seorang muslim. Pesan ini begitu menenangkan, seakan menjadi penghibur di tengah hidup yang makin berat.

Namun, setelah doa usai, obrolan di meja nasi kotak membawa kami pada kisah getir: seorang ibu yang nekat mengakhiri hidupnya bersama anak-anaknya.


Luka di Balik Tragedi


“Seandainya beliau lebih kuat iman, mungkin musibah itu bisa dihindari,”
ujar Ketua DKM lirih.

Saya menarik napas dalam-dalam. “Betul, Pak Haji. Itu benar untuk sisi pribadi. Tapi kita tidak bisa berhenti di sana. Dari sisi sistem, tragedi ini adalah bukti gagalnya pemimpin menjaga rakyatnya.”

Kabar beredar, suami korban terjerat judol (judi online) dan pinjol (pinjaman online). Dua racun sosial itu kini merajalela, menghancurkan keluarga, menguras harta rakyat kecil, dan ironisnya, seakan dibiarkan leluasa.

Bayangkan, rakyat bawah yang sudah susah mencari nafkah, dipaksa bergulat dengan pinjol berbunga mencekik dan judi online yang merampas sisa rezeki mereka. Di titik itu, kesabaran pribadi yang diajarkan khatib memang jadi benteng. Tetapi bagaimana mungkin rakyat terus diminta sabar, sementara pintu-pintu kesengsaraan tidak ditutup oleh negara?

Saat Pemimpin Abai

Islam menempatkan pemimpin sebagai ra‘in—seorang penggembala yang wajib melindungi gembalaannya. Rasulullah ﷺ bersabda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun