Mohon tunggu...
Ira Herlina
Ira Herlina Mohon Tunggu... Mahasiswa Sastra Inggris | Penulis Pemula

Saya percaya setiap orang punya cerita, dan setiap tempat menyimpan jejak yang pantas dikenang. Menulis bagi saya adalah cara sederhana untuk menyatukan pikiran yaitu antara apa yang saya lihat, apa yang saya rasa, dan apa yang pembaca tangkap dari setiap kata. Karena itu, setiap artikel yang saya buat selalu saya landaskan pada sumber yang valid, agar bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga memberi nilai informasi bagi siapa pun yang membacanya. Selayaknya pikiran yang tak punya batas, begitu pula dengan cerita yang saya angkat yang tidak terkotak pada satu topik tertentu. Saya berharap setiap orang yang singgah di sini bisa menemukan sesuatu, entah itu informasi, inspirasi, atau sekadar teman di sela-sela waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Semesta Baru di Tanah Jawa

3 Oktober 2025   15:15 Diperbarui: 3 Oktober 2025   15:15 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Dosen dan Mahasiswa Kelompok 8, PMM 4 Universitas Jember (Sumber: Pribadi/Ira Herlina)

Sekelompok tanda tanya mengawang dipikiranku, tak kalah beratnya dari pikulan tas carrier di punggungku. Jember. Suatu daerah di Jawa Timur yang begitu asing di lidah, tak sekalipun terpijak kakiku disana. Jika kesana, mampukah diriku bertahan? Jauh dari kenikmatan masakan ibuku dan kebersamaan, canda, dan tawa yang selalu ku dapat dari keluarga dan teman-temanku. Bisakah diriku menaklukkan kota itu? Atau malah diriku yang ditaklukkannya? Semua pertanyaan itu berkecambuk dipikiran namun keberanianku lebih kuat dan menjadikan ini sebagai latar belakang mendaftar program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 4  yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek itu.

Program ini menghampiri dengan berbagai janji dan manfaat seperti kesempatan belajar di kampus lain, memperkaya diri dengan wawasan kebudayaan nusantara, dan target utamanya adalah rasa nasionalisme dan persatuan bagi mahasiswa yang telah bergabung di program ini. Belum lagi iming-iming konversi 20 SKS, bantuan biaya hidup selama program berjalan, dan tiket pesawat pulang-pergi secara cuma-cuma. Sebenarnya, hal itu tak begitu menarik buatku. Malahan diriku tertarik oleh bisikan petualangan para-alumni PMM. Cerita mereka terdengar begitu unik, berwarna, dan haru saat berkelana.  Slogan "Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya" merupakan sebuah mantra pembakar tekad. Ada rasa haus yang tak bisa diobati dengan air manapun selain pengalaman baru. Dengan kantong berbekal restu orangtua dan semangat menyala-nyala. Aku melangkah. Aku Ira Herlina, mahasiswi Sastra Inggris dari Universitas Ekasakti, inilah petualanganku.

Sesaat setelah sampai, udara Jember menyergapku. Terik, bahkan lebih menyengat dari panasnya kota Padang yang kukira juaranya. Buyar asumsiku tentang Jawa Timur dengan udaranya yang sejuk. Gemuruh terdengar juga di perutku. Disini, tiap sudut jalan, aroma ayam goreng dan geprek menggema seperti lagu kebangsaan. Lidah yang telah mendarah daging dengan cita rasa rendang ini butuh waktu beradaptasi dengan masakan mereka yang cenderung manis itu. Suatu kali, rasa rindu tak tertahankan akan kampung halaman. Tanpa sadar diriku sudah berdiri di depan rumah makan masakan Padang. Lucunya, lidahku tergelitik saat menyantap nasi padang kali ini. Memang lezat tapi disajikan dengan interpretasi baru, tak otentik seperti kampung halamanku. Sebuah alarm yang mengingatkanku bahwa benar-benar jauh dari rumah sekarang.

Ada dunia yang berbeda ketika duduk di kelas. Atmosfer di Universitas Jember begitu hidup. Diskusi dijadikan lahan adu gagasan. Bahasa Inggris terlafaz lancar dari dosen dan mahasiswa, mendorongku mengasah kemampuan berbahasa Inggrisku. Tak ada pekan tanpa proyek analisis data dan presentasi. Sebuah metode penghasil mahasiswa aktif dan interaktif. Diluar jam kuliah reguler, masih ada kelas Modul Nusantara merupakan mata kuliah wajib bagi peserta PMM. Jika biasanya berbagai daerah di Indonesia hanya bisa ku lihat di buku dan sosial media, pada kegiatan ini kami langsung mengujungi destinasi itu. Serpihan makna mulai sedikit ku tangkap dari dialog berbahasa Jawa, meski diri ini masih belum bisa membalasnya. Dalam beberapa kesempatan, diriku dipercaya menjadi koordinator kegiatan, sebuah tanggung jawab yang meningkatkan kepercayaan diri, mengasah kepekaan sosial, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang tak sadar telah ku miliki sejak lama.

Foto: Kegiatan Modul Nusantara ke Gunung Bromo (Sumber: Pribadi/Ira Herlina)
Foto: Kegiatan Modul Nusantara ke Gunung Bromo (Sumber: Pribadi/Ira Herlina)
Rasa syukur tak hilang di dada. Lewat program ini, kami jelajahi nusantara bersama teman baru dari Sabang hingga Merauke. Beberapa kenangan seperti merasakan dinginnya kabut Bromo, menikmati keindahan fenomena Blue Fire di Kawah Ijen, terpesona akan magisnya Candi Prambanan di Yogyakarta, mencicipi sensasi makanan khas masyarakat Osing di Banyuwangi, dan mata yang terkunci akan hentakan tari Kecak di Bali tak pernah beranjak dari ingatanku sedikitpun. Kemanapun kami melangkah, tak hanya kesenangan namun ilmu juga kami bawa pulang setelah kegiatan.

Kini, aku bukanlah Ira yang sama. Ira versi sekarang lebih berwarna. Semua pertanyaan yang berkecambuk di pikiranku telah terjawab. Aku bisa. Aku sanggup. Memang berat berpisah dari teman nusantaraku yang telah membersamai setiap kegiatanku di Jember selama satu semester ini. Namun, rasa syukur meluap karna telah mencoba berbagai petualangan baru ini. Kini diriku pulang dengan membawa oleh-oleh berupa pengalaman, memori, wawasan, persahabatan, dan pemahaman akan tanah airku yang ternyata amat sangat kaya dengan berbagai kearifan lokalnya.

Beberapa minggu setelah kaki menapak kembali di kampung halaman. Semua kenangan dan petualangan muncul kembali di pikiran. Akhirnya, slogan program PMM memang nyata adanya "Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun