Sekelompok tanda tanya mengawang dipikiranku, tak kalah beratnya dari pikulan tas carrier di punggungku. Jember. Suatu daerah di Jawa Timur yang begitu asing di lidah, tak sekalipun terpijak kakiku disana. Jika kesana, mampukah diriku bertahan? Jauh dari kenikmatan masakan ibuku dan kebersamaan, canda, dan tawa yang selalu ku dapat dari keluarga dan teman-temanku. Bisakah diriku menaklukkan kota itu? Atau malah diriku yang ditaklukkannya? Semua pertanyaan itu berkecambuk dipikiran namun keberanianku lebih kuat dan menjadikan ini sebagai latar belakang mendaftar program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 4 Â yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek itu.
Program ini menghampiri dengan berbagai janji dan manfaat seperti kesempatan belajar di kampus lain, memperkaya diri dengan wawasan kebudayaan nusantara, dan target utamanya adalah rasa nasionalisme dan persatuan bagi mahasiswa yang telah bergabung di program ini. Belum lagi iming-iming konversi 20 SKS, bantuan biaya hidup selama program berjalan, dan tiket pesawat pulang-pergi secara cuma-cuma. Sebenarnya, hal itu tak begitu menarik buatku. Malahan diriku tertarik oleh bisikan petualangan para-alumni PMM. Cerita mereka terdengar begitu unik, berwarna, dan haru saat berkelana. Â Slogan "Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya" merupakan sebuah mantra pembakar tekad. Ada rasa haus yang tak bisa diobati dengan air manapun selain pengalaman baru. Dengan kantong berbekal restu orangtua dan semangat menyala-nyala. Aku melangkah. Aku Ira Herlina, mahasiswi Sastra Inggris dari Universitas Ekasakti, inilah petualanganku.
Sesaat setelah sampai, udara Jember menyergapku. Terik, bahkan lebih menyengat dari panasnya kota Padang yang kukira juaranya. Buyar asumsiku tentang Jawa Timur dengan udaranya yang sejuk. Gemuruh terdengar juga di perutku. Disini, tiap sudut jalan, aroma ayam goreng dan geprek menggema seperti lagu kebangsaan. Lidah yang telah mendarah daging dengan cita rasa rendang ini butuh waktu beradaptasi dengan masakan mereka yang cenderung manis itu. Suatu kali, rasa rindu tak tertahankan akan kampung halaman. Tanpa sadar diriku sudah berdiri di depan rumah makan masakan Padang. Lucunya, lidahku tergelitik saat menyantap nasi padang kali ini. Memang lezat tapi disajikan dengan interpretasi baru, tak otentik seperti kampung halamanku. Sebuah alarm yang mengingatkanku bahwa benar-benar jauh dari rumah sekarang.
Ada dunia yang berbeda ketika duduk di kelas. Atmosfer di Universitas Jember begitu hidup. Diskusi dijadikan lahan adu gagasan. Bahasa Inggris terlafaz lancar dari dosen dan mahasiswa, mendorongku mengasah kemampuan berbahasa Inggrisku. Tak ada pekan tanpa proyek analisis data dan presentasi. Sebuah metode penghasil mahasiswa aktif dan interaktif. Diluar jam kuliah reguler, masih ada kelas Modul Nusantara merupakan mata kuliah wajib bagi peserta PMM. Jika biasanya berbagai daerah di Indonesia hanya bisa ku lihat di buku dan sosial media, pada kegiatan ini kami langsung mengujungi destinasi itu. Serpihan makna mulai sedikit ku tangkap dari dialog berbahasa Jawa, meski diri ini masih belum bisa membalasnya. Dalam beberapa kesempatan, diriku dipercaya menjadi koordinator kegiatan, sebuah tanggung jawab yang meningkatkan kepercayaan diri, mengasah kepekaan sosial, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang tak sadar telah ku miliki sejak lama.
Kini, aku bukanlah Ira yang sama. Ira versi sekarang lebih berwarna. Semua pertanyaan yang berkecambuk di pikiranku telah terjawab. Aku bisa. Aku sanggup. Memang berat berpisah dari teman nusantaraku yang telah membersamai setiap kegiatanku di Jember selama satu semester ini. Namun, rasa syukur meluap karna telah mencoba berbagai petualangan baru ini. Kini diriku pulang dengan membawa oleh-oleh berupa pengalaman, memori, wawasan, persahabatan, dan pemahaman akan tanah airku yang ternyata amat sangat kaya dengan berbagai kearifan lokalnya.
Beberapa minggu setelah kaki menapak kembali di kampung halaman. Semua kenangan dan petualangan muncul kembali di pikiran. Akhirnya, slogan program PMM memang nyata adanya "Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI