Lihat ke Halaman Asli

Tria Suci Saskia

Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Audit Forensik Ungkap Celah Korupsi di Era Digital: Kasus Chromebook Jadi Pelajaran

Diperbarui: 13 Oktober 2025   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah semangat digitalisasi pemerintahan, muncul satu ironi besar: semakin canggih sistem yang digunakan, semakin rumit pula modus korupsinya. Salah satu contoh nyata datang dari kasus pengadaan Chromebook sekolah tahun 2025 yang sempat ramai diperbincangkan. Program yang awalnya bertujuan mendukung pembelajaran digital justru tersandung dugaan korupsi. Kasus ini menjadi gambaran bahwa proyek digital yang seharusnya transparan bisa disalahgunakan ketika pengawasannya lemah.

Melihat fenomena tersebut, peran audit forensik kini semakin penting sebagai senjata utama dalam menghadapi kejahatan keuangan di era digital. Dalam penelitian berjudul “Audit Forensik dan Korupsi Proyek Digital: Telaah Literatur Menggunakan Kasus Pengadaan Chromebook Sekolah (2025)”, dijelaskan bahwa audit forensik tidak hanya sebatas memeriksa angka di laporan keuangan, tetapi juga menelusuri jejak digital, aktivitas transaksi elektronik, hingga data yang dapat dijadikan bukti hukum.

Audit forensik hadir sebagai jembatan antara dunia akuntansi dan hukum. Auditor forensik dituntut tak hanya paham keuangan, tetapi juga melek teknologi serta memiliki kemampuan investigatif. Di tengah pesatnya perkembangan sistem elektronik, pelaku korupsi bisa menyembunyikan jejak lewat jaringan digital yang kompleks. Karena itu, auditor kini dibantu berbagai alat canggih seperti Generalized Audit Software (GAS), Big Data Analytics, dan Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis ribuan transaksi dan menemukan pola anomali yang mengindikasikan kecurangan.

Namun, penerapan audit forensik di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Banyak auditor yang belum mendapatkan pelatihan digital memadai, sementara infrastruktur teknologi di instansi publik masih terbatas. Di sisi lain, sistem pelaporan seperti whistleblowing juga belum berjalan optimal karena perlindungan terhadap pelapor masih lemah. Kombinasi hambatan ini membuat deteksi dini terhadap korupsi digital belum sepenuhnya efektif.

Kasus pengadaan Chromebook akhirnya menjadi cerminan penting: digitalisasi tanpa pengawasan yang kuat hanya akan menciptakan celah baru bagi praktik korupsi. Audit forensik diharapkan dapat memperkuat sistem kontrol internal pemerintah, meningkatkan akuntabilitas publik, serta memastikan setiap proyek digital benar-benar digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Dengan menggabungkan kemampuan analisis data, investigasi, dan pemahaman teknologi, audit forensik bukan lagi pelengkap, tetapi kebutuhan utama dalam tata kelola modern. Transparansi, integritas, dan kolaborasi antara auditor, lembaga hukum, serta masyarakat menjadi kunci agar kasus serupa tak terulang.

Pada akhirnya, kemajuan teknologi hanya akan membawa manfaat bila diiringi dengan pengawasan yang cerdas dan sistem yang berintegritas. Karena di balik setiap data dan sistem digital, masih ada satu hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi—kejujuran manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline