Mengapa Bersyukur Menjadikan Beban Hidup Menjadi Ringan
Tidak ada orang yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah millk Tuhan. Selalu ada masalah dalam perjalanan hidup kita. Seperti kata peribahasa:
"Life is a problem. No, problem means life is ended"
Setiap pagi, begitu kita membuka mata, sebuah pilihan sudah ada di hadapan kita. Kita bisa memilih untuk memulai hari dengan keluhan, mengingat berbagai persoalan yang belum selesai, atau kita bisa memilih untuk bersyukur atas satu lagi kesempatan hidup yang diberikan.
Sebagai manusia, sering kali pikiran kita langsung terpaut pada masalah-masalah yang belum terselesaikan. Persediaan beras di rumah sudah habis. Tagihan sekolah anak sudah dua bulan tertunggak. Dagangan terus merugi. Pekerjaan semakin berat, bos semakin menekan. Atau bagi mereka yang tinggal di kota besar, membayangkan kemacetan panjang yang harus dihadapi setiap hari sudah cukup membuat kepala pusing sebelum hari benar-benar dimulai.
Seolah-olah, hidup ini adalah serangkaian cobaan tanpa akhir. Seperti film horor yang diputar berulang-ulang di kepala kita. Mereka yang pernah mengalami kesulitan hidup pasti paham perasaan ini. Ketakutan, kecemasan, dan bayangan akan masa depan yang tidak pasti dapat membayangi kebahagiaan yang seharusnya kita rasakan.
Namun, apakah benar hidup kita hanya tentang penderitaan? Ataukah kita yang terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki, sehingga lupa mensyukuri apa yang masih ada dalam genggaman kita?
Bersyukur.Menemukan Kedamaian di Tengah Kesulitan
Sebuah kebiasaan kecil di pagi hari bisa mengubah segalanya: bersyukur.
Kita mungkin tidak menyadari betapa berharganya hal-hal sederhana dalam hidup ini. Pernahkah kita berpikir bahwa tidak semua orang bisa bangun dari tidurnya? Ada orang yang tidur malam dengan harapan bisa bangun esok hari, namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Ada pula yang saat bangun pagi mendapati dirinya tak lagi mampu menggerakkan tangan dan kakinya. Ada yang ingin berbicara, namun bibirnya mendadak kaku dan hanya bisa mengeluarkan suara samar.