Di tengah riuh rendah linimasa media sosial yang sering kali terasa seperti pasar malam tanpa henti, sesekali muncul satu suara yang tidak ikut berteriak. Sebaliknya, ia justru bertanya dengan tenang namun menusuk "Sebentar, apakah ini masuk akal?"
Belakangan ini, suara itu datang dari seorang pria bernama Ferry Irwandi. Namanya mungkin mendadak ramai di beranda Anda karena kritik pedasnya terhadap vonis 4,5 tahun penjara yang menimpa mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong. Banyak yang berkomentar, tapi cara Ferry membongkar "kegilaan" di balik vonis itu terasa berbeda. Ia tidak sekadar marah, ia mempertanyakan logikanya.
Tapi tunggu dulu, ini bukan pertama kalinya ia membuat jagat maya menoleh. Ingat dengan Youtuber yang beberapa waktu lalu viral karena dengan santainya menantang semua dukun di Indonesia untuk menyantet dirinya? Ya, itu orang yang sama.
Lantas, siapa sebenarnya Ferry Irwandi? Apakah ia hanya seorang pencari sensasi yang kebetulan cerdas, atau ia adalah sosok "penjaga akal sehat" yang langka dan sangat kita butuhkan di era informasi yang penuh distorsi ini? Mari kita bedah lapis demi lapis.
Ferry Irwandi, Youtuber yang tantang dukun santet, kini gugat nalar vonis Tom Lembong. Sosok kritis penjaga akal sehat dengan data dan logika. - Tiyarman Gulo
Saat Logika Hukum Terasa Seperti Lelucon Absurd
Mari kita mulai dari yang paling hangat. Kasus Tom Lembong. Bagi Anda yang tidak mengikuti, mari kita sederhanakan. Tom Lembong divonis bersalah dalam kasus korupsi importasi gula. Sampai di sini, mungkin terdengar biasa. Tapi, di sinilah Ferry Irwandi mengajak kita untuk melihat lebih dalam, ke detail yang membuat dahi berkerut.
Melalui akun Instagram-nya, Ferry merangkum kejanggalan kasus ini dengan bahasa yang begitu lugas, seolah sedang menjelaskan sebuah teka-teki yang jawabannya sudah jelas-jelas aneh.
Hakim mengakui Tom Lembong tidak punya niat jahat (mens rea).
Tidak ditemukan satu rupiah pun keuntungan pribadi yang ia ambil.
Tidak ada bukti aliran dana korupsi ke kantongnya.
Keputusan impor yang ia ambil didasari oleh kebutuhan industri yang mendesak.
Lalu, kenapa ia dipenjara? Nah, di sinilah bagian yang menurut Ferry sudah "di luar akal sehat yang paling sakit sekalipun." Alasan hukumnya adalah ia dianggap melanggar prosedur administrasi dan, yang paling absurd, dianggap mengutamakan "ekonomi kapitalistik" daripada "ekonomi Pancasila."