Lihat ke Halaman Asli

Timotius Apriyanto

TERVERIFIKASI

OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Batik: Simfoni Identitas di Persimpangan Krisis Industri dan Warisan Budaya

Diperbarui: 2 Oktober 2025   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: sawitplus.co)

Peringatan Hari Batik bukan hanya ajang seremonial memakai kain batik tiap 2 Oktober, melainkan momentum introspeksi, apakah batik masih hidup sebagai simfoni identitas bangsa, ataukah kita membiarkannya tergerus oleh arus industrialisasi dan kehilangan makna historisnya.

Beberapa angka penting yang perlu menjadi perhatian:

1. Jumlah Perajin yang Menyusut

Menurut Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), pada tahun 2020 terdapat 151.565 perajin batik secara keseluruhan. 

Namun, data terkini menunjukkan bahwa dari jumlah itu, hanya 37.914 perajin yang masih aktif berproduksi. 

Hal ini berarti lebih dari 75% pembatik tradisional kehilangan aktivitas nyata, suatu indikator regenerasi yang sangat lemah.

2. Kontribusi Ekonomi dan Ekspor

Industri kreatif fesyen, yang meliputi batik, menyumbang 6,92% terhadap PDB industri pengolahan non-migas pada 2024. 

Ekspor produk batik pada Januari--September 2024 tercatat USD 11,52 juta. 

Namun, ekspor batik juga mengalami kontraksi: di tahun 2023 turun sekitar 30% dibanding 2022, dan kuartal II 2024 dibanding periode yang sama pada 2023 turun ~ 33,72%. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline