Ketika Keramahan Jadi Modal di Negeri Sakura, Bagaimana Kita Merawatnya?
"Bekerja bukan hanya soal gaji, tapi juga soal bagaimana kita dihargai sebagai manusia."
Oleh Karnita
Pintu Baru Harapan bagi Pekerja Indonesia
Mengapa Jepang begitu terbuka pada tenaga kerja Indonesia, bahkan dengan tawaran gaji hingga Rp 55 juta per bulan? Pertanyaan ini menggelitik kita setelah membaca laporan Kompas.com (04/10/2025) yang mengungkapkan krisis demografi Jepang membuka peluang besar bagi pekerja asing. Di balik tawaran menggiurkan itu, tersimpan kenyataan bahwa keramahan orang Indonesia menjadi modal utama di negeri Sakura.
Bagaimana kemudian keramahan dan hospitality orang Indonesia bisa menjadi alasan utama Jepang mengincar tenaga kerja kita? Menurut Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, sebagaimana dikutip Kompas.com, pekerja asal Indonesia dianggap nomor satu di antara bangsa lain karena etos kerja dan sikapnya. Fakta ini menunjukkan bahwa nilai sosial kita ternyata dihargai tinggi dalam ekosistem global.
Bukankah hal ini seharusnya menjadi momentum bagi Indonesia untuk menguatkan kualitas SDM, bukan hanya ramah tetapi juga unggul dalam keterampilan? Ketertarikan penulis pada isu ini lahir dari keyakinan bahwa bekerja di luar negeri bukan semata mencari nafkah, melainkan juga membawa citra bangsa. Oleh karena itu, peluang ini sangat relevan bagi generasi muda Indonesia yang tengah mencari masa depan lebih baik.
Krisis Demografi Jepang: Sebuah Peluang
Jepang saat ini menghadapi penurunan jumlah penduduk usia produktif yang cukup drastis. Fenomena ini mengakibatkan banyak sektor industri, kesehatan, hingga pelayanan publik mengalami kekurangan tenaga kerja. Dalam kondisi inilah, Indonesia hadir sebagai mitra strategis.
Pemerintah Jepang membutuhkan hingga 40.000 tenaga kerja dari Indonesia, namun sejauh ini baru sekitar 25.000 yang bisa dipenuhi. Angka ini menunjukkan masih terbukanya ruang besar bagi pekerja muda Indonesia yang ingin berkarier di sana. Di sisi lain, pemerintah Indonesia mendorong transmigran untuk mengikuti program magang dengan durasi beragam sebelum kembali membangun daerah asal.