Untuk muslim hal bertato itu diasingkan dari pergaulan dan tak diajak bicara, ade ku tato dan kepala satpam rw dulu ada yang bertato juga full body, bahkan di era itu ada studio tato di rw kita.Â
Ada beberapa usaha tuk agar orang tato diterima dan lumrah di masyarakat, jika hanya tato dan dicover oleh baju lengan panjang mungkin kita bisa lupa, tapi orang tato ini belajar juga sifat tato yang mereka sosialisasi kan, orang bilang introvert atau indigo, bahasanya seolah malu tuk meminta sesuatu, walau mereka extrem pengrusakan atau kekerasan itu secara psikolog dicari tau sedang butuh apa, memang aneh era ini.Â
Sifat tato ada yang suka mencampur air minum agar rusak rasanya, ada juga mencaci orang yang sedang di dalam kamar, jika orang nya keluar marah maka si tato diam pura pura orang tsb salah dengar, atau bully dibalik punggung, yang era kini ya bully dengan pakai masker medis.Â
Jadi rencana besar rw ku adalah, orang tato diterima dirumah dan orang yang suka ibadah diusir keluar, baik oleh si tato dan satpam komplek, tak hanya itu bahkan teman teman di hp anak yang suka ibadah tsb di bully seperti bully pinjol yang tujuan nya teman teman itu jadi benci hingga si anak yang suka ibadah itu jadi sendiri, seperti hal nya hukuman tato dari komunitas muslim.Â
Ini terjadi kebalikan, dari rw sadap hp si anak ibadah itu tentu koneksi reskrim polsek, jika data anak tsb sudah rusak di polsek, maka polres bahkan polda akan memusuhi anak tsb sebagai wujud dikucilkan dari sosial, inilah proyek rw ku dan aku lah si anak ibadah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI