Lihat ke Halaman Asli

Anjas Permata

TERVERIFIKASI

Master Hypnotist

Bukan Soal Popularitas, Ini Hanya Solidaritas yang Melampaui Batas

Diperbarui: 3 Maret 2021   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi. sumber dokpri

Hujan malam ini sepertinya tak mau buru-buru pergi. 

Kuputuskan membikin kopi sendiri sementara anak dan istri sedang lelap dalam mimpi. Aku teringat sebuah paketan yang diantar kurir siang tadi. Sengaja belum kubuka dan masih tersimpan rapi diatas meja televisi.

Terbesit dipikiran momen tepat nih.. baca buku kiriman pak Tjipta Effendi. Tanpa basa-basi kuambil dan membukanya ditemani malam yang lumayan dingin.

Entah datangnya darimana, tapi memang sejujurnya aku merasa bangga. Mungkin karena pengalaman pertama tulisanku dibukukan atau karena rasa persaudaraan yang tiba-tiba saja tercipta. Bisa juga karena keduanya kali yaa.. hehe..

Aku sudah dapat bocoran sebelumnya, maka dengan sedikit egois langsung kusibak halaman 248 - 249. 

halaman 248. sumber dokpri

halaman 249. sumber dokpri

Lima hari yang lalu aku membuat sebuah tulisan bertajuk "7 (Tujuh) Alasan Mengapa Menulis Itu Menyenangkan". Aku sama sekali tak pernah bercita-cita menjadi seorang penulis. Motivasi utamaku dalam menulis adalah tentang berbagi.

Berbagi tak harus dengan materi. Berbagi tak harus dengan kantong berisi. Menurutku berbagi mempunyai arti luas yang hanya bisa diterjemahkan oleh nurani.

"150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi" seolah meneguhkan definisi berbagi itu sendiri. Bayangkan saja, buku setebal 305 halaman ternyata mampu meleburkan para penulis di Kompasiana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline