Lihat ke Halaman Asli

Teguh H Nugroho

Procurement - GA

Rindu yang Tertinggal di Bali

Diperbarui: 7 September 2025   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Jerman - Kuta Bali | Sumber: Koleksi Pribadi


Di pulau itu,
aku belajar apa arti dicintai,
dan bagaimana luka bisa menyamar
menjadi guru kehidupan.

Bali, engkau saksi
dari tawa yang mekar di tengah hujan,
dari air mata yang jatuh
di balik penjor dan udeng yang megah.

Di Tol Bali Mandara aku melaju,
badai menghantam, hujan menenggelamkan,
tapi ada pelukan di punggungku
yang membuatku percaya,
bahwa cinta adalah keberanian
menerobos derasnya angin.

Aku menangis,
bukan karena kalah,
tetapi karena rindu yang selalu kembali,
seperti ombak yang tak pernah bosan
mencium pasir di Sanur,
meninggalkan jejak, lalu hilang,
namun kembali lagi,
tanpa pernah jenuh.

Bali,
engkau bukan sekadar pulau,
engkau adalah ruang batinku,
tempat kenangan bersemayam,
dan doa-doa kuhidupkan kembali.

Engkau menyimpan senyum,
tawa, dan luka yang tak terhapus,
membuat setiap langkahku di tanahmu
menjadi bagian dari kisah abadi.

Aku mungkin pergi,
tapi hatiku masih tinggal,
tersangkut pada senja jingga di pantaimu,
pada aroma dupa di pura,
pada cinta yang tak mampu kupadamkan.

Dan setiap kali aku merindukanmu,
aku tahu satu hal:
rindu itu tidak pernah benar-benar hilang,
karena sebagian diriku
masih tertinggal di Bali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline