Lihat ke Halaman Asli

T. Fany R.

Pecinta kopi, penjelajah kata, dan hobi lari

Burn Out : Menahan Semua Tekanan Dalam Diam

Diperbarui: 13 Juni 2025   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BURN OUT : Menahan Semua Tekanan Dalam Diam (canva.com)

Lelaki Pekerja yang Sedang Burn Out: Antara Tanggung Jawab dan Lelah yang Tak Terucap

Ia tak pernah benar-benar mengeluh. Setiap pagi ia bangun, merapikan kemeja, mengikat tali sepatu, dan melangkah keluar rumah dengan wajah yang nyaris sama: tegar. Tak ada yang tahu, di balik kemeja rapi itu, ada dada yang sesak karena tekanan yang tak pernah selesai. Lelaki pekerja yang sedang burn out bukan berarti ia lemah---justru karena terlalu kuat, ia sering tak terdengar ketika akhirnya goyah.

Burn out bukan hanya tentang kelelahan fisik, tapi tentang letih yang mengendap lama. Tentang pikiran yang terus bekerja bahkan saat tubuh duduk diam. Tentang beban pekerjaan yang tak kunjung reda, target yang selalu bergerak lebih tinggi, dan ekspektasi orang-orang yang tak mengenal batas. Ia dituntut untuk selalu bisa, tapi tak pernah diberi cukup ruang untuk berkata, "Aku lelah."

Lelaki pekerja jarang menangis. Masyarakat mengajarinya untuk diam. Dibesarkan dengan konsep bahwa tanggung jawab adalah hal utama yang mendefinisikan dirinya. Maka ia bekerja keras, pulang larut, menahan semua tekanan dalam diam, dan jika suatu saat ia meledak, dunia malah menyalahkan emosinya.

Padahal, di balik ambisi dan rutinitas, ia hanya ingin hidup yang lebih sederhana---bahagia karena dihargai, tenang karena dicintai apa adanya, bukan karena pencapaiannya. Ia tak minta dimengerti seluruhnya, hanya ingin ada ruang aman untuk bernafas tanpa harus menjelaskan segalanya.

Burn out pada lelaki pekerja itu nyata. Tapi sayangnya, sering tak terlihat. Karena ia tetap datang ke kantor, tetap duduk di meja kerja, tetap menyapa dengan senyum tipis. Namun dalam hati, ia mulai kehilangan gairah, kehilangan arah, bahkan kehilangan dirinya sendiri.

Kita perlu mengubah cara kita memandang kelelahan pria. Memberi ruang bagi mereka untuk merasa dan bicara tanpa takut dihakimi. Karena tak ada manusia yang kuat selamanya. Bahkan lelaki paling tangguh pun berhak untuk beristirahat dan dipeluk---tanpa perlu menjelaskan mengapa ia lelah.

Jika kamu, atau seseorang yang kamu kenal, sedang berada di fase ini---beristirahatlah. Lepaskan dulu beban, sejenak. Dunia tak akan runtuh jika kamu memilih diam sejenak untuk bernapas. Karena kamu tak harus selalu kuat untuk tetap berharga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline