"Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat".
Sepenggal kalimat yang diambil dari Injil Matius 13:8 tersebut terlalu sering dibagikan oleh hamba Tuhan di atas mimbar untuk mengiming-imingi jemaat akan berkat Tuhan.
Banyak pendeta mengajak jemaat Tuhan dari atas mimbar menggunakan ayat ini agar supaya mereka dapat terlibat aktif memberikan persembahan dan perpuluhan kepada Tuhan melalui gereja, seolah-olah Tuhan hanya memberkati orang-orang yang setia memberikan persembahan dan perpuluhan saja.
Namun pada akhirnya banyak jemaat gereja Tuhan yang menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan oleh karena keuangannya tidak kunjung membaik walaupun mereka telah setia memberikan persembahan dan perpuluhan di gereja. Mereka merasa seakan-akan ayat tersebut sudah tidak relevan bagi mereka atau bahkan Tuhan telah menipu mereka.
Motivasi yang salah dalam memberi kepada Tuhan seringkali justru menjadi penghalang berkat yang telah Tuhan siapkan bagi jemaat-Nya. Tuhan bukanlah tempat dimana kita dapat melakukan investasi keuangan kita. Tuhan bukan tempat cuci uang. Dia tidak punya kewajiban apapun untuk melipat gandakan apa yang telah kita tabur melalui gereja.
Apa yang Dia telah berikan bagi jemaatnya sudah jauh melebihi dari kata cukup. Kematianya di kayu salib telah memberikan keselamatan bagi kita dan jauh melebihi investasi keuangan kita.
Teologi kemakmuran yang dikumandangkan oleh beberapa gereja seringkali membiaskan arti sesungguhnya dari berkat Tuhan di kayu salib. Materialisme dan tujuan menjadi kaya telah membutakan mata setiap jemaat Tuhan yang tergoda dengan teori teologi kemakmuran.
Jika Tuhan tidak melipat gandakan keuangan kita dari apa yang telah kita berikan kepada gereja, lalu untuk apa jemaat Tuhan harus memberikan sebagian harta mereka melalui persembahan dan perpuluhan?
Sebuah perintah untuk memberi yang diambil dari kitab Amsal 3:9: "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu" harus dilakukan dengan sebuah ketaatan, bukan untuk mengharapkan sesuatu dari Tuhan atas apa yang kita berikan melainkan menjadi sebuah ucapan syukur terhadap semua yang telah dikerjakan Tuhan di dalam kehidupan setiap orang percaya.Persembahan dan perpuluhan yang diberikan oleh setiap orang percaya haruslah diberikan dengan hati yang tulus, ikhlas dan penuh sukacita, bukan karena paksaan dan rasa takut.
Di sisi lain, gereja haruslah menjadi wadah bagi jemaat untuk mendengarkan Firman Tuhan sesuai dengan kebenaran Alkitab. Gereja tidak boleh menggunakan Firman Tuhan untuk memperkaya diri sendiri apalagi memperkaya pribadi dari hamba Tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI