Mohon tunggu...
depitt putrii
depitt putrii Mohon Tunggu... Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi sebagai Pilar-Pilar dalam Filsafat Ilmu

4 Oktober 2025   04:32 Diperbarui: 4 Oktober 2025   04:31 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adakah bentuk refleksi kritis terhadap proses dan hasil dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Tujuan utama dari filsafat ilmu adalah untuk memahami secara mendalam hakikat ilmu, metode ilmiah, serta dampaknya terhadap kehidupan manusia. Tiga ruang lingkup utama yang menjadi fokus kajian filsafat ilmu adalah epistemologi, ontologi, dan metodologi. Pemahaman terhadap ketiga aspek ini sangat penting bagi para ilmuwan maupun masyarakat luas. Memahami filsafat ilmu, seseorang dapat lebih bijak dalam menilai batasan dan pengaruh dari ilmu pengetahuan terhadap kehidupan sehari-hari (Reyvani dkk., 2025).

Filsafat ilmu juga memberikan landasan berpikir kritis yang membantu dalam mengevaluasi kebenaran dari berbagai klaim ilmiah yang berkembang (Rofiq, 2018). Selain itu, filsafat ilmu mendorong adanya refleksi etis terkait penggunaan ilmu, serta peran ilmu untuk menciptakan keadilan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Perlu disadari bahwa filsafat ilmu bukanlah cabang ilmu yang berdiri sendiri, melainkan bersifat reflektif terhadap ilmu pengetahuan lainnya. Fokus utamanya bukan untuk mencari jawaban mutlak, melainkan untuk menggugah pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang hakikat dan perkembangan ilmu. Dengan demikian, filsafat ilmu menjadi jembatan penting dalam memahami hubungan antara ilmu pengetahuan dan eksistensi manusia (Reyvani dkk., 2025).

Ontologi

Secara etimologis, istilah ontology adalah sebuah kata dari Bahasa Yunani, yaitu ontos yang artinya ada atau keberadaan dan kata logos yang artinya studi atau ilmu. Jadi dipahami sebagai cabang ilmu yang mengkaji keberadaan dan hakikat sesuatu, baik berupa realitas jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak. Ontologi berusaha menyelidiki sifat dasar dari sesuatu yang nyata secara fundamental serta cara berbeda dari wujud kategori-kategori logis, seperti objek fisik, hal universal, maupun abstraksi. Dalam tradisi klasik, ontologi dianggap sebagai teori mengenai aturan dasar secara menyeluruh tentang keberadaan, sementara dalam perkembangannya kini, ontologi dipahami sebagai teori yang menguraikan hal-hal yang ada (Bakri dkk., 2023).

Secara estimologis, kata ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yakni "on" yang berarti ada dan "logos" yang berarti pemikiran atau keberadaan. Dengan demikian, Ontologi dapat diartikan sebagai kajian mengenai sesuatu yang eksis serta hakikat keberadaannya. Menurut A.R. Lacey, ontologi menempati posisi inti dalam bidang metafisika. Metafisika sendiri merujuk pada disiplin ilmu yang berkembang setelah fisika, yang secara umum membahas hakikat alam dan keberadaannya. Dalam studi metafisika, isu-isu utama yang dikaji meliputi hakikat dasar alam semesta, seperti apakah realitas bersifat tunggal (monistik) atau terdiri atas banyak unsur (pluralistik), bersifat tetap atau mengalami perubahan, dan apakah alam semesta ini merupakan suatu kebenaran mutlak atau sekadar kemungkinan belaka. (Bakri dkk., 2023).

Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani "episteme" yang artinya pengetahuan dan "logos" yang berarti diskusi atau ilmu. Menurut Simon Blackburn dalam bukunya The Dictionary of Philosophy, epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mengkaji tentang sumber, karakteristik, esensi, dan ragam pengetahuan. Topik ini merupakan salah satu bahasan yang paling banyak menimbulkan perdebatan dalam dunia filsafat., terutama mengenai definisi pengetahuan, ciri-cirinya, ragamnya, dan hubungannya dengan kebenaran serta keyakinan. Blackburn juga menjelaskan bahwa epistemologi berkaitan dengan konsep sains, asumsi dasar, landasan berpikir, serta tanggung jawab manusia dalam mengelola representasi pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui berbagai metode, seperti penalaran induktif, deduktif, pendekatan positivistik, kontemplasi, maupun persuasi (Pajriani dkk., 2023).

Kajian epistemologi menelusuri bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan, hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk memastikan kebenarannya, serta cara menetapkan standar atau kriteria kebenaran tersebut., serta cara menetapkan standar atau kriteria kebenaran tersebut.. Objek kajiannya menelaah bagaimana sesuatu dapat diketahui, bagaimana membedakannya dengan yang lain, serta bagaimana hal itu dipahami dalam ruang dan waktu tertentu. Landasan epistemologi mencakup prosedur mendapatkan pengetahuan tmengenai logika, etika, serta estetika, termasuk dalam kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni. Dengan demikian, epistemologi berfungsi sebagai kerangka untuk mempertanyakan dasar dan prosedur yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan yang sahih. Kesimpulannya, epistemologi tidak hanya menyoal asal pengetahuan, tetapi juga cara membangun standar kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang dapat dipertanggungjawabkan (Pajriani dkk., 2023).

Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "axios" yang berarti nilai, dan "logos" yang berarti ilmu atau teori. Secara singkat, aksiologi dapat diartikan sebagai teori tentang nilai dan termasuk salah satu cabang filsafat.. Kajian dalam disiplin ini membahas penerapan atau penggunaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Dengan demikian, aksiologi menyoroti tujuan dari ilmu pengetahuan serta bagaimana manusia memanfaatkannya (Sanprayogi & Chaer, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun