Lihat ke Halaman Asli

Selly indrayani

Mahasiswi UIN Walisongo semarang prodi Pendidikan Agama Islam Nim 1903016103

Pengaruh Toxic Parenting untuk Perkembangan Kognitif anak Berdasarkan Teori Ekologi Brofenbanner

Diperbarui: 20 April 2021   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama: Selly Indrayani

Nim: 1903016103

Kelas: PAI 4C

Mahasiswi FITK UIN WALISONGO SEMARANG

Pendahuluan

Faktor utama yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah lingkungan yang ada didalam keluarga dan juga sikap orang tuanya. Bagaimana seorang anak tumbuh menjadi dewasa sebagian besar dipengaruhi oleh seperti apa cara orang tua mendidiknya. Setiap orang tua pastinya ingin hal terbaik untuk anaknya. Namun, terkadang orang tua memaksakan keinginannya dan menganggap bahwa pendapat dari mereka adalah yang paling benar. 

Pola asuh ini bisa di sebut Toxic Parenting yang artinya kondisi dimana orang tua kerap menentukan dan mengatur apa yang akan menjadi pilihan anak dan hal itu dilakukan tanpa memerhatikan perasaan maupun pendapat anak. 

Pola asuh tersebut biasanya dilakukan oleh orang tua yang kasar, tidak dewasa, serta memiliki gangguan mental yang mungkin disebabkan karena orang tua juga mengalami toxic parenting atau pola pengasuhan yang salah dari orang tuanya dulu (Forward & Buck, 2002). Namun toxic parenting juga dapat dilakukan oleh orang tua normal yang tanpa sadar menggangu tumbuh kembang bagi psikologis anak.

Toxic parenting umumnya terjadi karena orang tua terlalu mencintai dan berekspektasi lebih kepada anaknya sehingga tanpa disadari mereka telah mengekang dan membatasi kegiatan anak untuk mendapatkan kebebasan dan melakukan apa yang mereka inginkan, hal tersebut tentunya akan menghambat anak untuk berkembang menjadi diri mereka sendiri. 

Cara pengasuhan orang tua pada anak memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak, khususnya kecerdasan moral. Pola pengasuhan otoriter dapat menyebabkan hal negatif pada perkembangan anak karena otoriter terlalu mengekang dan harus menuruti apa kata orang tuanya saja. Sedangkan pola asuh menggunakan pola otoritatif dimana orang tua mengasuh anak dengan keseimbangan antara kasih sayang dan batasan ketika mengasuh anak pada situasi apa orang tua harus ikut campur dan pada situasi apa orang tua tidak ikut campur. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa hubungan positif antara pola asuh otoritatif dengan kecerdasan moral. Bahwa semakin otoritatif pola asuh orang tua menurut persepsi remaja maka semakin meningkat kecerdasan moralnya (Ari Sofia, 2021:600).

Pola asuh orang tua otoriter dapat menyebabkan perkembangan kognitif dan psikososial anak terganggu. Berdasarkan data penelitian di Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa Responden dengan pola asuh otoriter sebanyak 26 dari orang terdiri dari 9 anak (34,6%) pada tahap inisiatif, 17 anak (65,4%) pada tahap rasa bersalah (Yulianto, 2017:22). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline