Dua Pendekar Umat: Jembatan Persaudaraan KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan
Di balik gemilangnya dua organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terdapat dua sosok ulama besar yang kiprahnya tak hanya membentuk sejarah, tapi juga menjadi teladan umat: KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan. Meski dikenal sebagai pendiri dua organisasi dengan pendekatan dakwah yang berbeda, keduanya memiliki akar yang sama---baik dalam semangat, guru, maupun visi keislaman yang moderat dan mencerdaskan.
Satu Guru, Dua Jalan Dakwah
KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari bukan hanya sezaman, mereka adalah sahabat. Keduanya pernah berguru pada ulama-ulama besar seperti Kiai Khalil Bangkalan dan Kiai Sholeh Darat di Semarang, bahkan pernah tinggal satu kamar. Di Makkah, mereka sama-sama menimba ilmu dari Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Kedekatan mereka begitu dalam, KH Ahmad Dahlan menyebut sahabatnya dengan "Adi Hasyim", dan KH Hasyim memanggilnya "Kangmas Darwis".
Meski demikian, keduanya mengambil jalur perjuangan yang berbeda. KH Hasyim Asy'ari memilih membangun Pesantren Tebuireng dan kemudian mendirikan NU sebagai wadah ulama tradisionalis. Sedangkan KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yang menekankan pembaruan Islam dengan penguatan bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Dua Visi Pendidikan yang Saling Melengkapi
KH Ahmad Dahlan gelisah melihat umat Islam yang terpuruk di bawah penjajahan dan ketertinggalan ilmu. Ia lalu menggagas pendidikan yang tidak hanya mengajarkan agama, tapi juga ilmu-ilmu umum sebuah terobosan besar kala itu. Baginya, pendidikan harus membebaskan, memberdayakan, dan menumbuhkan semangat kemajuan.
Sementara KH Hasyim Asy'ari menekankan bahwa ilmu harus dipelajari dengan niat yang lurus---mencari ridha Allah. Pendidikan bukan untuk mengejar dunia, tapi untuk membentuk manusia seutuhnya: insan kamil yang dekat dengan Tuhan dan bermoral tinggi.
Perbedaan keduanya justru memperkaya khazanah pendidikan Islam di Indonesia. KH Hasyim memperkenalkan metode kelas di pesantren, sementara KH Ahmad Dahlan mendirikan madrasah dengan kurikulum integratif. Keduanya membuka jalan baru yang revolusioner di masanya.
Menjaga Ukhuwah, Menjaga Indonesia