Lihat ke Halaman Asli

Asuransi Umum

Seorang Praktisi Asuransi di Provinsi Bangka Belitung

Fintech, Insurtech, dan Nadiem Makarim

Diperbarui: 29 Oktober 2019   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendikbud Nadiem Makarim /sumber: portonews.com

Indikasi Industri 4.0 "The Power of Future" 

Publik Indonesia sempat dibuat terkesima saat seorang anak muda yang baru berusia 35 tahun, masuk menjadi salah satu jajaran mentri di Kabinet Indonesia Maju Jilid II Pemerintahan Jokowi Amin 2019 sd 2024.

Seperti biasa masyarakat kita yang masih gagap dengan revolusi yang sering digaungkan oleh presiden Jokowi biasa akan memunculkan pro kontra.

Apalagi posisi sang anak muda ini bukan untuk memegang jabatan dalam bidang umumnya pada pemerintahan sebelumnya, misal menteri olah raga, ato sosial atau tenaga kerja.

Ini ditempatkan dalam posisi memegang Kementrian pendidikan dan kebudayaan, tentu saja ini memuat publik yang biasa berpikir linier akan mengkritik hal tersebut.

Dimana menteri pendidikan harusnya dijabat oleh orang-orang yang berpengalaman atau memang telah berkecimpung dalam bidang tersebut sejak berkarir, bukan seorang anak muda yang memiliki prestasi didunia digital yakni COE Gojek (ojek online) yang cukup mengebrak, tentu hal ini presiden mempunyai penilaian tersendiri. 

Mungkin karna sebelumnya posisi kementrian ini selalu diisi orang-orang yang cukup capabilitasnya dalam dunia pendidikan spt Anies Baswedan atau Muhajir Effendi namun hasil akhinya terkesan kurang memuaskan bagi presiden dan tentunya masyarakat Indoensia, yg terus menuntut kecepatan dan keakuratan.

Saya tidak akan membahas terkait politik dalam pemilihan sang Ceo Gojek tersebut, tapi saya ingin mengajak kita melihat bahwa saat ini kondisi dunia sudah berubah.

Ini sering dan terus digaungkan Presiden Jokowi sejak saat awal pemerintahannya Jilid pertama dengan istilah Industri 4.0 dan digitalisasi serta sesekali berbicara tentang transportasi berbahan listrik.

Bisa jadi itu alasan besar presiden untuk tidak terjebat dengan pilihan menteri pendidikan melihat latar belakangnya wajib dari kalangan dunia pendidikan yang penuh dengan teori tapi nihil aplikasi riset yang akhirnya menghasilkan sebuah produk atau industri yang dapat merubah budaya masyarakat dengan teknologi digitalisasi.

Ini yang akan dibawa kedalam dunia pendidikan kita saat ini dan kedepan dengan mengandeng orang muda dengan pemikiran yang progresif dalam dunia startup ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline