Ibadah puasa di bulan Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan proses pembentukan karakter dan peningkatan kualitas keimanan seseorang. Keberhasilan ibadah puasa dapat diukur melalui berbagai indikator yang mencerminkan perubahan perilaku dan peningkatan akhlak seseorang. Ibadah puasa seseorang dikatakan berhasil apabila ia sudah mencapai predikat Muttaqiin (orang yang bertaqwa), yang merupakan tujuan dari ibadah puasa tersebut.
Dalam ulasan ini, saya akan menguraikan secara ringkas beberapa indikator utama yang menunjukkan keberhasilan ibadah puasa dan tercapainya predikat Muttaqiin antara lain gemar berinfak dalam segala kondisi, mampu menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, serta memiliki sifat rendah hati tanpa kesombongan atau meremehkan orang lain.
1. Gemar Berinfak dalam Keadaan Lapang maupun Sempit
Salah satu bukti keberhasilan ibadah puasa adalah meningkatnya kepedulian sosial dan semangat berbagi kepada sesama. Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang paling dermawan, dan di bulan Ramadan, kedermawanannya semakin bertambah. Orang yang berhasil menjalankan ibadah puasa akan terdorong untuk berinfak, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, karena mereka menyadari bahwa harta hanyalah titipan Allah dan harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Keikhlasan dalam berbagi ini juga mencerminkan ketakwaan yang semakin meningkat.
2. Mampu Menahan Amarah dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Puasa mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri. Orang yang benar-benar memahami hakikat puasa akan lebih mampu mengendalikan emosinya, menahan amarah, serta tidak mudah terpancing oleh provokasi. Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'" (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain menahan amarah, keberhasilan puasa juga ditandai dengan kemauan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Sifat pemaaf menunjukkan hati yang bersih dan ikhlas, serta menghindarkan seseorang dari dendam dan permusuhan.
3. Menjadi Pribadi yang Rendah Hati dan Tidak Sombong
Puasa mendidik seseorang untuk merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung, sehingga menumbuhkan sifat empati dan rendah hati. Orang yang berhasil dalam puasanya tidak akan merasa lebih baik dari orang lain, tidak sombong, dan tidak meremehkan orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kesombongan adalah salah satu sifat yang menjauhkan seseorang dari rahmat Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi" (HR. Muslim).
Orang yang benar-benar sukses dalam puasanya akan semakin sadar bahwa semua kelebihan yang dimilikinya adalah anugerah Allah dan harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk merendahkan orang lain.
Kesimpulannya adalah "Keberhasilan ibadah puasa tidak hanya diukur dari sejauh mana seseorang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga dari bagaimana puasa tersebut mampu membentuk karakter yang lebih baik". Seseorang yang gemar berinfak dalam segala keadaan, mampu mengendalikan amarah serta memaafkan orang lain, dan memiliki sifat rendah hati tanpa kesombongan menunjukkan bahwa puasanya benar-benar memberikan dampak positif. Oleh karena itu, Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas diri agar setelah Ramadan berlalu, kebiasaan baik ini tetap terjaga dalam kehidupan sehari-hari.
Selamat hari Raya Iedul Fitri, 1 Syawal 1446 H. Semoga segala amal ibadah kita di bulan Ramadan ini diterima oleh Allah Swt dan kita dapat terus meningkatkan kualitas ibadah kita di tahun-tahun selanjutnya. *** (RA)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI