Lihat ke Halaman Asli

Ronald SumualPasir

Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Dinasti Umayyah: Ketika Kekuasaan Menjadi Warisan dan Islam Menjadi Imperium

Diperbarui: 26 Juli 2025   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


EPISODE 2:

Dinasti Umayyah: Ketika Kekuasaan Menjadi Warisan dan Islam Menjadi Imperium

"Islam dibangun oleh wahyu, tapi mulai dikuasai oleh dinasti."

Prolog: Dari Musyawarah ke Monarki

Ketika Muawiyah bin Abi Sufyan naik menjadi Khalifah pasca wafatnya Ali bin Abi Thalib (661 M), sejarah Islam memasuki babak baru. Bukan lagi sistem syura atau pemilihan khalifah lewat konsensus, melainkan kekuasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Inilah kelahiran Dinasti Umayyah, kekhalifahan pertama dalam bentuk kerajaan Islam.

Muawiyah, tokoh politik ulung dari Bani Umayyah, adalah sahabat Nabi yang cerdas, tetapi juga sangat pragmatis. Ia membangun birokrasi kekuasaan yang kuat, memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus, dan memperluas kekuasaan Islam ke Afrika Utara, India, bahkan Spanyol.

Tapi kejayaan ini dibayar mahal: iman disubordinasikan oleh loyalitas politik, dan dakwah berubah menjadi ekspansi imperialis.

Muawiyah dan Lahirnya Dinasti

Muawiyah memerintah selama 20 tahun dengan tangan besi namun stabil. Ia menyatukan umat yang terpecah akibat perang saudara. Tapi saat ia mengangkat putranya, Yazid, sebagai penerus, umat mulai bertanya: sejak kapan Islam menjadi dinasti?

Penolakan datang dari Husain bin Ali (cucu Nabi), Abdullah bin Zubair, dan banyak sahabat besar. Puncaknya adalah Tragedi Karbala (680 M), di mana Husain dan keluarganya dibantai oleh pasukan Yazid. Luka ini tidak pernah sembuh dalam tubuh umat Islam.

Pelajaran: Ketika kekuasaan diwariskan bukan atas dasar keadilan, yang lahir bukan kesetiaan, tapi luka kolektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline