Mohon tunggu...
Calvin Theodore Linardi
Calvin Theodore Linardi Mohon Tunggu... Pelajar

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lupakan Pialanya, Ini yang Sebenarnya Kami Bawa Pulang dari CC CUP

4 Oktober 2025   21:57 Diperbarui: 4 Oktober 2025   21:57 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Band PHYTEM

Kita pasti mengenal Sumpah Pemuda, sebuah peristiwa bersejarah yang menjadi bukti dahsyatnya kekuatan kolaborasi anak muda. Kala itu, pemuda dari berbagai latar belakang dan daerah bersatu, berdiskusi, dan menyatukan visi untuk menyuarakan kemerdekaan Indonesia. Semangat itu tidaklah berhenti; kejayaan anak muda tidak hanya menjadi cerita masa lalu. Di era kini, mereka aktif berkontribusi dalam perkembangan masyarakat, baik di dunia nyata maupun di ruang digital. Mereka digadang-gadang sebagai penerus bangsa yang akan memimpin negara dan dunia menuju arah yang lebih baik.

Namun, di balik narasi ideal tersebut, terselip sebuah pertanyaan mendasar: Sudah siapkah kita mempercayakan masa depan kepada generasi muda saat ini? Apakah kita yakin mereka mampu membangun landasan yang kokoh tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan bahkan dunia?

Keraguan itu wajar, namun keyakinan harus dibangun. Sebab, pada hakikatnya, anak muda adalah jiwa dari setiap zaman. Mereka hadir dengan relevansi yang tak pernah pudar, membawa serta gagasan-gagasan cemerlang yang lahir untuk menjawab tantangan zamannya sendiri.

Di setiap era, anak muda hadir dengan relevansi yang tak pernah pudar, berkat gagasan-gagasan brilian yang mereka torehkan untuk menjawab tantangan zamannya.

CC Cup XL adalah acara olahraga tahunan yang diselenggarakan oleh SMP dan SMA Kanisius Jakarta. Pada tahun 2025 ini, acara tersebut menandai penyelenggaraan CC Cup yang ke-40 (XL). Acara ini mengundang berbagai sekolah dari wilayah Jabodetabek dan berhasil menarik partisipasi besar, dengan 16.000 peserta dan dikelola oleh 1.100 panitia yang merupakan siswa-siswi dari kedua sekolah penyelenggara. CC Cup XL mengusung filosofi "A Beautiful Thing Is Never Perfect" dengan nuansa dan tema visual yang terinspirasi oleh Mesir Kuno.

Di balik gemerlap panggung dan sorak-sorai kemenangan, esensi sejati CC Cup justru terletak pada ruang kolaborasinya---sebuah ajang di mana siswa SMP dan SMA Kanisius Jakarta belajar membangun satu visi. Dalam dinamika kepanitiaan, mereka dituntut untuk saling mendengarkan dan memahami, belajar merendahkan ego pribadi demi sebuah tujuan yang lebih besar. Proses inilah yang menjadikan CC Cup sebagai laboratorium kepemimpinan yang nyata, selaras dengan misi Kanisius Jakarta dalam mencetak calon pemimpin masa depan yang tidak hanya cakap, tetapi juga rendah hati dan kolaboratif.

Namun, jalan acara tentunya menghadapi berbagai batuan. Sebagaimana filosofi "A Beautiful Thing Is Never Perfect" yang diusung CC Cup XL, acara ini pun tak luput dari noda masalah manusiawi. Sebagai panitia percetakan, saya mengalami langsung betapa rapuhnya koordinasi ketika harus berhadapan dengan misinformasi. Suatu ketika, panitia futsal memberikan informasi yang keliru kepada peserta mengenai kartu nama mereka---bahwa desain yang sudah disetujui ternyata tidak sesuai dengan standar teknis percetakan. Kekeliruan ini baru terungkap ketika ratusan kartu nama sudah dalam proses produksi.

Situasi pun berkembang menjadi krisis kecil-kecilan. Peserta yang kecewa merasa telah mengikuti prosedur, sementara di sisi lain, tim percetakan harus menghadapi tumpukan pekerjaan yang harus dikoreksi ulang. Tekanan datang dari berbagai pihak---keluhan peserta, tenggat waktu yang mendesak, dan beban moral karena telah "mengkhianati" kepercayaan mereka. Saat itulah saya menyadari, bahwa di balik sebuah kesalahan kecil ternyata tersimpan konsekuensi yang mampu menguji ketahanan sebuah sistem.

Batu sandungan yang awalnya terasa seperti bencana operasional itu, justru menjadi pelajaran paling berharga. Dari insiden ini, kami belajar bahwa komunikasi yang akurat adalah fondasi utama sebuah kolaborasi yang sehat. Kekurangan itu tidak merusak acara, justru menyempurnakannya sebagai media pendidikan karakter yang paling otentik. CC Cup tidak hanya melatih kita merayakan kesuksesan, tetapi justru lebih dalam lagi: ia mengajarkan kita untuk merangkul ketidaksempurnaan, belajar dari kesalahan, dan bangkit dengan lebih kokoh---sebuah cerminan nyata dari indahnya proses menjadi pribadi yang lebih baik.

Sebuah desain bisa diperbaiki, tetapi kepercayaan yang retak lebih sulit ditambal. CC Cup mengajarkanku bahwa komunikasi yang jernih adalah lem terkuat dalam kolaborasi.

Perjalanan panjang CC Cup XL 2025 akhirnya mencapai puncaknya dalam sebuah malam penutupan yang spektakuler dan penuh makna. Gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai menyambut penampilan The Changcuters dan Bernadya, namun gelora itu bukan hanya untuk para artis papan atas. Momen itu adalah sebuah simfoni perayaan---sebuah penghormatan atas setiap proses, setiap tetes keringat, setiap ketidaksempurnaan, dan setiap pelajaran yang telah dilewati. Ribuan pelajar dari berbagai sekolah, yang sebelumnya berhadap-hadapan sebagai rival, kini bersatu padu, berbaur dalam satu alunan musik, melampaui sekat-sekat kekalahan dan kemenangan. Malam itu menjadi penutup yang sempurna bagi sebuah perjumpaan agung para pemuda, sekaligus menjadi batu pijakan yang kokoh menuju peringatan 100 tahun Kolese Kanisius dalam membentuk karakter tunas bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun