Sejak pindah dari Aceh di tahun 2005 usai tsunami, adik memilih bekerja di Jakarta, meskipun rumah keluarga istrinya berada di Jogjakarta. Sehingga sejak saat itu ia bisa merasakan bagaimana serunya rasa "mudik".
Mudik bagi keluarga kecil itu menjadi cerita yang selalu penuh sukacita dan kenangan. Pasalnya di Aceh, kami tidak memiliki kereta api---dalam arti kereta api yang bisa "dinikmati" sebagai salah satu alternatif transportasi harian.
Saat ini saja, jalur kereta api yang tengah dirintis lagi sejak hilang puluhan tahun silam hanya sepanjang 30 kilometer saja. Praktis, kereta api hanya menjadi sekedar "hiburan" semata. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai kereta api "odong-odong", karena hanya berjalan di jalur yang pendek dan bolak-balik di sepanjang jalur pendek tersebut, persis seperti odong-odong.
kereta perintis cut meutia di aceh-AJNN
Cerita Mudik yang Lama Hilang
Jalur kereta api lintas Aceh jaman dulu milik Aceh sebenarnya bagian dari cerita panjang segmen Jalur kereta api nonaktif yang dahulu pernah dioperasikan oleh Atjeh Tram, hingga terus beroperasi di tangangani PJKA pada tahun 1974--1976. Hingga kini jalur ini masih dalam tahap reaktivasi oleh DJKA sebagai bagian dari pengembangan jalur kereta api Trans-Sumatra.
Jalur tua ini aslinya merupakan sepur sempit 750 mm (2 ft 5+12 in) dan didukung oleh rel ringan berbantalan besi. Jalur ini kemudian ditutup dalam dua tahap. Pembongkaran segmen Ulee Lheue--Banda Aceh pada tanggal 1 November 1976; lalu diikuti oleh lintas lainnya pada 1980-an.
Hilangnya jalur ini menurut inspeksi PJKA Aceh terkait rencana pelebaran jalan raya yang bersebelahan dengan jalur kereta api, atas permintaan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Aceh. Kegiatan perbengkelan kereta api di Sigli akhirnya dipindahkan ke depo Medan dan Balai Yasa Pulu Brayan, Medan dan cerita kereta api di Aceh perlahan menghilang.
Dengan ketiadaan kereta api yang baru diresmikan kembali tahun 2016, itupun hanya di wilayah Aceh Utara, praktis, anak-anak di Aceh banyak yang tidak bisa menikmati kereta api. Bahkan kenal pun tidak. Kereta api hanya bisa dilihat di gambar, tayangan televisi. Atau jika ada yang beruntung pernah ke Medan di Sumatera Utara, maka ia bisa melihat dan menikmati perjalanan menggunakan kereta api.
kereta api di kualanamu sumatera utara-pikiran rakyat
Apalagi sejak Bandara Utama dipindahkan ke Kualanamu, salah satu transportasi andalan menuju ke Bandara baru tersebut dengan menggunakan kereta api.
Dulu kereta api digunakan pihak Belanda dan Jepang sebagai alat transportasi mengangkut pasukan dan persenjataan perang. Setelahnya karena seringnya sabotase jalur kereta api oleh para pejuang Aceh yang melawan penindasan Belanda dan Jepang, maka jalur kereta api tidak digunakan lagi dengan alasan keamanan.
Setelah Indonesia merdeka pun jalur kereta api itu juga tidak lagi difungsikan dengan baik karena kerusakan sarana dan prasarana yang ada karena tidak adanya perawatan.
Sejarah Panjang Lahirnya Lagi KAI di Aceh
Atjeh Tram (AT), setelah tahun 1916 berganti nama menjadi Atjeh Staatsspoorwegen (ASS), adalah nama perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia-Belanda; merupakan divisi dari Staatsspoorwegen yang membangun dan mengoperasikan jalur kereta api dengan lebar jalur kereta api 750 mm di wilayah Aceh dari 1 Januari 1882 hingga 1942.
Setelah nonaktif, jejak trem di Aceh masih dapat ditemukan sepanjang rute lama, seperti bangunan stasiun dan jembatan yang sudah tak terawat dengan baik. Dalam buku khusus Stations en Spoorbruggen di Sumatra oleh Michiel van Ballegoijen de Jong, ada banyak ilustrasi sisa-sisa Trem Atjeh pada tahun 1995.