Di tengah kesibukan kota yang kian padat, kerja bakti di kampung masih menjadi ruang sederhana untuk merawat lingkungan sekaligus mempererat persaudaraan.
Pagi itu, jam baru menunjukkan pukul tujuh. Handphone saya sudah berisik dengan bunyi bersahut-sahutan. Aplikasi percakapan khusus warga ramai dengan pesan yang mengingatkan untuk segera berkumpul ke balai warga.
Udara masih segar, matahari mulai meninggi, dan suara musik senam terdengar dari lapangan kecil di tengah kampung kami. Ibu-ibu sudah berbaris rapi, mengikuti gerakan instruktur senam dengan penuh semangat.
Sementara itu, kami para bapak-bapak dan anak muda mulai mengambil sapu, cangkul, hingga karung sampah. Saat itulah kerja bakti dimulai.
Bukan Sekadar Kerja Bersih-Bersih Biasa
Kerja bakti di kampung bukan sekadar kegiatan bersih-bersih. Ia adalah wujud nyata kebersamaan, gotong royong, sekaligus rasa memiliki terhadap lingkungan tempat kita tinggal.
Saya merasakan sendiri bagaimana suasana pagi itu tidak hanya mengikat kami dalam satu pekerjaan, tetapi juga mengikat hati dalam rasa persaudaraan.
Saling sapa, canda, bahkan sekadar berbagi air minum, semuanya menjadi perekat sosial yang semakin jarang kita temui di tengah kehidupan kota yang serba sibuk.
Ada banyak alasan mengapa kerja bakti itu penting:
Pertama, kerja bakti adalah cara paling sederhana merawat lingkungan kita. Jalan kampung yang bersih, selokan yang lancar, dan taman kecil yang terawat bukanlah hasil dari pihak luar, melainkan tangan-tangan kita sendiri. Ketika kita turun langsung, kita belajar bahwa kenyamanan hidup di kampung ditentukan oleh kesediaan kita menjaga lingkungan bersama.