Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah di pesisir selatan Jawa Timur yang memiliki kekayaan alam melimpah serta budaya masyarakat yang khas. Daerah ini terkenal dengan keindahan alamnya seperti pantai, pegunungan, hingga tradisi budaya yang masih di lestarikan. Semua potensi tersebut dapat menjadi modal besar bagi pembangunan ekonomi daerah apabila dikelola secara tepat dan berkelanjutan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Trenggalek, tingkat kesejahteraan masyarakat terus menunjukkan perbaikan dengan menurunnya angka kemiskinan setiap tahun. Namun, di sisi lain kebutuhan pokok masyarakat juga meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek tercatat naik sebesar 4,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hampir seluruh sektor usaha mengalami pertumbuhan, tetapi sektor transportasi dan pergudangan menunjukkan peningkatan paling tinggi, yakni mencapai 10,04 persen (Tribunnews).
Tantangan dalam Mengurangi Ketimpangan Ekonomi
Meski mengalami pertumbuhan positif, Kabupaten Trenggalek masih menghadapi persoalan serius, salah satunya adalah ketimpangan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Faktor penyebab kesenjangan ini beragam, mulai dari kondisi geografis yang cukup menantang, ketersediaan infrastruktur yang belum merata, dan faktor faktor lainnya.
Otonomi daerah yang seharusnya menjadi solusi dalam mengatasi persoalan tersebut karena memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengelola dan mengoptimalkan potensi daerahnya. Namun, faktanya di lapangan, otonomi daerah seringkali menimbulkan dilema. Di satu sisi, pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah, tetapi di sisi lain keterbatasan sumber daya manusia, teknologi, maupun anggaran menjadi kendala yang besar dalam melaksanakan program pembangunan.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dukungan kebijakan dari pusat melalui dana alokasi khusus akan membantu mengurangi ketimpangan. Selain itu, pendapatan daerah juga harus dialokasikan secara tepat sasaran agar pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat.
Minimnya Lapangan Pekerjaan
Salah satu permasalahan sejak lama yang masih dihadapi Kabupaten Trenggalek adalah kurangnya lapangan pekerjaan. Peningkatan jumlah lulusan sekolah menengah maupun perguruan tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Kondisi ini diperparah dengan minimnya industri besar yang bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Berbeda dengan daerah lain di Jawa Timur seperti Surabaya atau Malang yang memiliki kawasan industri, Trenggalek masih sangat bergantung pada sektor tradisional seperti pertanian, perikanan, maupun UMKM. Akibatnya, banyak generasi muda yang terpaksa mencari pekerjaan ke luar daerah, bahkan hingga ke luar negeri sebagai pekerja migran. Hal ini menyebabkan berkurangnya tenaga produktif yang seharusnya dapat membangun dan mengembangkan daerahnya sendiri.
Kurangnya kesempatan kerja juga berdampak pada daya beli masyarakat yang rendah. Perputaran uang di tingkat lokal menjadi lambat, sehingga pasar dan usaha kecil seringkali mengeluh karena sepi pembeli. Pertumbuhan ekonomi daerah juga menjadi lambat.
Namun, jika pemerintah daerah mampu merancang strategi pembangunan yang tepat, potensi besar dari sektor pertanian, perikanan, UMKM, serta pariwisata bisa dioptimalkan untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan demikian, pengangguran dapat dikurangi, daya beli masyarakat meningkat, dan roda perekonomian daerah berputar lebih optimal.