Lihat ke Halaman Asli

Mbah Priyo

Engineer Kerasukan Filsafat

Maling Kondangan: Mencuri Baju Batik

Diperbarui: 21 Agustus 2025   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mengejar pencuri - pngtree

Di sebuah kota yang tak pernah benar-benar tidur, dengan suara klakson yang bersahut-sahutan dan lampu jalanan yang menyala seakan tak pernah padam, hiduplah seorang pria bernama Riko. Ia dikenal dengan satu gelar sederhana tapi cukup menakutkan bagi para pedagang: pencuri kelas kakap. Namun, berbeda dari pencuri lain, Riko tak pernah meninggalkan jejak kekerasan. Ia licin, cepat, dan yang paling mengganggu: selalu berhasil kabur dengan senyum tipis di wajahnya.

Tapi pagi itu, misi Riko bukan seperti biasanya. Bukan untuk mengambil perhiasan, uang, atau barang elektronik mahal. Tidak. Kali ini targetnya... kebahagiaan sebuah kondangan.

Riko sudah mendengar kabar bahwa di sebuah gedung mewah di pusat kota akan digelar pesta pernikahan anak konglomerat terkenal. Undangan berlapis emas, dekorasi bunga impor, dan---yang paling penting---buffet makanan melimpah ruah. "Inilah waktunya aku berpesta," gumam Riko sambil membayangkan sate kambing, udang goreng tepung, hingga tumpukan kue manis.

Namun, masalah muncul ketika ia sadar: bajunya. Bagaimana ia bisa masuk ke pesta sekelas itu dengan kaos lusuh dan celana belel? Tak ada jalan lain, ia harus menyusup dengan penampilan meyakinkan.

Maka, Riko pun nekat mencuri baju batik dari sebuah toko terdekat. Ia masuk dengan gaya santai, mencoba satu batik, dan saat pemilik toko lengah, ia langsung kabur. Sayangnya, nasib kali ini tak sepenuhnya berpihak.

"HEI! Itu batikku!" teriak pemilik toko, setengah histeris.

Beberapa pejalan kaki ikut menoleh. "Maling! Tangkap maling!" teriak seorang bapak dengan nada kepahlawanan.

Riko panik. Batik yang baru setengah dipakainya masih menjuntai, kancing belum sempat dipasang. Sementara itu, suara sirene polisi mulai meraung. "Gawat, gawat, semua gara-gara batik!" ia menggerutu, berlari sekencang mungkin menuju gedung kondangan.

 

Sesampainya di gedung, suasana begitu meriah. Para tamu dengan jas rapi dan kebaya indah berjejer rapi di pintu masuk. Riko---dengan batik setengah terpasang dan napas ngos-ngosan---berusaha menembus kerumunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline