Lihat ke Halaman Asli

Sahyul Pahmi

TERVERIFIKASI

Masih Belajar Menjadi Manusia

Cerpen | Gurun yang Menyimpan Nama-nama

Diperbarui: 1 Juni 2025   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Dokumentasi Pribadi Hasil Generate AI/chatgpt.com

Angin gurun bertiup seperti bisikan pelan dari tanah yang pernah disusupi doa, diam-diam dan tak diundang. Di balik fatamorgana pasir dan panas, terselip nama yang tak sempat pulang: SM.

Ia tidak menulis surat perpisahan. Tidak menitipkan cucian kotor kepada siapa-siapa. Tapi ia sempat mengirim foto kabur lewat WhatsApp: gurun, tiga bayangan tubuh kecil-kecil, dan langit tanpa ampun. Tidak ada caption. Hanya tanda centang biru dan batin yang dibalut firasat buruk.

Sopir taksi itu bahkan tak sempat menatap mata SM saat menurunkannya di tengah padang Jumum. Ia hanya bilang: "Maaf, saya takut tertangkap. Turunlah."

SM turun. Begitu pula dua temannya, J dan S. Seperti debu, mereka dijatuhkan ke bumi oleh kekuasaan yang tak bisa mereka lawan: razia, aparat, sistem, dan ketakutan yang menjelma pasir.

**

"Ini bukan umrah, ini bukan haji, ini niat," kata SM seminggu sebelum berangkat dari Jeddah. Ia telah melewati banyak pintu belakang, menyelinap di antara lorong regulasi dan mimpi. Ia tahu, yang ia langgar bukan hanya undang-undang Arab Saudi, tapi juga kemungkinan hidupnya sendiri.

"Kalau Allah izinkan, kita selamat," katanya lagi.

Tapi langit Makkah tak menjawab doa seperti SMS ke nomor yang tak aktif.

**

Mereka berjalan. Kaki mereka bukan milik Nabi Musa yang membelah laut, hanya milik manusia biasa yang dikhianati taksi, disalip ketakutan, dan dihentikan haus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline