Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Sedekah Ruwah, Tradisi Menyambut Ramadan Ala Masyarakat Suku Rejang (Bengkulu)

Diperbarui: 18 Mei 2020   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sedekah Ruwah. Foto: Chairudin Husin Facebook

"Assalamualaikum. Zy, bi belek bak nu? Mamang lak ngundang, keme ade syukuran sekedah ruwah udo magrib bileo yo"

(Assalamualaikum. Zy, ayahmu sudah pulang? Paman mau mengundang, kami ada acara syukuran sedekah arwah sehabis magrib hari ini)

"Walaikumussalam. Oi Mang, bak ku ati belek kunai dumei. Be amen si belek, uku nadeak ne"

(Walaikumussalam. Iya Paman, ayahku belum pulang dari ladang. Nanti kalau beliau sudah pulang, aku sampaikan)

Begitulah sekilas percakapan undangan tradisi sedekah ruwah yang biasa hadir ke rumah kami di setiap tahunnya. Di Curup, kami selaku masyarakat Rejang menyebutnya Sedekah Arwah yang berarti kegiatan syukuran sekaligus berkirim doa untuk keluarga yang sudah meninggal.

Sebelum corona melanda, tepatnya pada tahun-tahun belakangan sedekah ruwah biasanya selalu diselenggarakan oleh warga. Di desa saya sendiri, paling tidak ada 2-3 rumah yang siap syukuran dan mengundang.

Undangan itu sering datang jelang sore kira-kira pukul 17.00-18.00 di tanggal 29/30 Syaban. Ya, undangan yang disampaikan tetangga dari mulut ke mulut dan acara sedekah ruwah langsung diselenggarakan pada malam hari sesudah salat Magrib.

Dalam menyebar undangan, penyelenggara sedekah ruwah selalu mengunjungi tetangga dari rumah satu ke rumah lainnya dengan jalan kaki. Cara ini lebih baik karena undangan secara lisan tingkat kepastian kedatangannya lebih besar daripada undangan kertas maupun titipan.

Terkadang, panitia kegiatan pernah pula beberapa kali mengundang di pinggir jalan. Maklum saja, pekerjaan warga desa Air Meles Atas yang mayoritas adalah petani menjadikan mereka suka pulang sore hari. Itulah mengapa undangan sebaiknya pakai cara lisan.

Rangkaian Kegiatan Sedekah Ruwah Ala Masyarakat Suku Rejang

Sedekah Ruwah Masyarakat Suku Rejang. Foto: Chairudin Husin

Rasanya masing-masing suku bangsa di Indonesia juga punya tradisi yang berjuluk sedekah ruwah. Tapi, beda suku bangsa beda pula rangkaian kegiatannya, begitu pula dengan kami suku Rejang.

Di desa kami, biarpun mayoritas penduduknya orang Jawa namun tradisi Rejang masih berjalan. Memang ada beberapa desa di Bengkulu yang sudah maju mulai meninggalkan tradisi ini. Tapi, tidak sedikit pula warga yang masih setia dan mempertahankannya.

Aspek modernitas memang berbicara banyak di sini. Apalagi dengan bertumbuhnya generasi milenial dan generasi Z. Kedua generasi ini cenderung cukup susah diajak bergaul dan bergabung bersama orang-orang tua. Hemm

Kebetulan di tahun 2018 saya pernah diminta menjadi pembawa acara kegiatan sedekah ruwah di rumah tetangga. Rangkaian kegiatannya dimulai dari sambutan tuan rumah, dilanjutkan pembacaan Yaasin, Tahlil, dan doa, baru kemudian ditutup dengan makan-makan.

Hebatnya, dalam kegiatan sedekah ruwah para petugas Yaasin, Tahlil, dan doa tidaklah pakai kompromi. Di situlah kadang saya bingung sendiri, setelah baca Yaasin siapa lagi yang bertugas. Tapi, tetap saja ada keseruan karena banyak orang tua yang oper-operan tugas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline