Lihat ke Halaman Asli

Nur Janah Alsharafi

Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

Port Arthur Lavender, Wisata Kebun dan Cafe di Pulau Tasmania

Diperbarui: 28 Desember 2018   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

 

Sebenarnya maksud hati ingin mengunjungi New Zealand, namun karena waktu yang terbatas maka kami (aku, suami dan  Thariq, putra kami) memutuskan untuk berkunjung ke Pulau Tasmania. Terlintas pun tak pernah di benakku untuk berkunjung ke pulau ini. Namun karena taqdir dan promosi Thariq tentang keindahan pulau ini, akhirnya kami menginjakkan kaki kesana. Sekeping surga ciptaan Allah swt ada disana, itulah kesanku pertama  menyaksikan keindahan pulau ini.  

Penerbangan selama 75 menit dari Melbourne menuju kota Hobart di Tasmania di pagi hari pukul 06.00 waktu Melbourne terasa nyaman dan singkat. Barangkali karena aku sangat lelah setelah sehari sebelumnya banyak berjalan kaki menyusuri kota Melbourne, atau juga penerbangan dengan pesawat Australia ini cukup nyaman . 

Jelasnya pukul 07.15 kami mendarat di Hobart International Airport dengan mulus, alhamdulillah. Di bandara kami telah dijemput minibus milik perusahaan rental mobil yang kami sewa. Petugas penjemput yang ramah mengantarkan kami dan beberapa wisatawan lain pelanggan mereka untuk menuju ke pusat lokasi rental mobil tersebut. Sebuah sedan berwarna putih yang nampak baru dan oke kondisinya telah diserah terimakan, dan wisata menyusuri pulau indah ini dimulai.

Hari pertama, Thariq mengagendakan kunjungan ke Port Arthur Lavender dan Port Arthur Historic Site. Bunga Lavender, ini tentu sangat indah dan menarik. Meskipun bulan Oktober bukanlah puncak bunga ini mekar, namun berdasar informasi di bulan Oktober  kita sudah dapat menikmati keindahan rupa dan mencium wangi lavender. 

Lavender adalah salah satu bunga impianku sejak kecil, ini juga yang membuatku bersemangat ketika diajak ke Pulau ini oleh bang Bachtiar dan Thariq. Jadi ingat dulu ketika remaja, aku termasuk sering menuliskan nama bunga ini pada puisi-puisiku.

Lavender ungu.....

Berlabuh cintaku

dalam bisu    (nurjanah alsharafi, 1981)

Sepenggal puisiku yang romantis khas anak muda 80-an, meski lugas namun tetap dibungkus sedikit misteri dan dipoles sensasi seksi sang bunga Lavender.

"Ada apa sih umi dengan bunga Lavender ini ?" tanya Thariq

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline