Lihat ke Halaman Asli

Novita Ratnasari

Reporter Tinta Media, Desain Meme Tinta Media, Penulis Ideologis

Tubuh Raya Dipenuhi Cacing: Potret Buram Kesejahteraan di Tengah Kemerdekaan

Diperbarui: 21 Agustus 2025   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: iStock

Semarak kemerdekaan terlihat mengempis. Semangat anak muda pun terkikis. Kalkulasi kekecewaan memupuk runtuh kepercayaan. Narasi menyongsong Indonesia emas, justru terpampang Indonesia cemas. Beragam polemik menjadi pemantik aksi demonstrasi. Nuansa nasionalisme nampak memudar. Ironis, HUT RI ke-80 bercorak kegagalan.

Ketika para pemangku kekuasaan dan pejabat negara merayakan kemerdekaan dengan "menari dan berdansa" di istana negara. Wajah berseri, hati riang, serta menikmati pesta seluruh rangkaian acara. Pesta merupakan kiasan yang layak untuk mengilustrasikan sebuah kesenjangan nyata antara pejabat negara dengan rakyat jelata. Perayaan HUT NKRI harusnya milik seluruh warga negara tetapi terlihat sangat mencolok ketimpangan dan kesenjangan sosial di negeri yang berlabel merdeka.

Video durasi singkat berhasil menyayat hati warganet. Nampak dua bocah laki-laki dengan muka berseri mengais sisa camilan di tumpukan kerdus makanan yang berserakan. Memilukan, camilan tersebut milik pejabat negara dan tamu undangan perayaan HUT ke-80 tahun. (iNews.id, 19/8/25)

Ironi, terjebak pada momen yang sama tetapi nasib berbeda. Apakah para penguasa menutup mata akan kenyataan, hingga mampu berjoget dengan riang gembira? Sementara rakyatnya dengan sigap memulung sisa-sisa camilan.

Kemiskinan menjadi problem sistemik di negeri ini, diperparah dengan badai PHK masal, Omnibus Law, UU Cipta Kerja, dan lain sebagainya. Tumbuh subur wabah pengangguran mengepung di setiap sudut desa dan kota. Seiring dengan realitas pahit ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru perihal angka kemiskinan nasional. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2025, tercatat tingkat kemiskinan sebesar 8,47 persen. Angka ini menurun dari 8,57 persen pada September 2024. Sementara jumlah penduduk miskin juga berkurang menjadi 23,85 juta orang. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 25/7/25)

Dalam tatanan sistem ekonomi pancasila, angka sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan. Sederhananya, jika menurut grafik jumlah kemiskinan menurun sekalipun ada yang meninggal karena kelaparan, maka bisa ditarik kesimpulan negara cukup berhasil memberantas kemiskinan. Hal ini disebabkan karena barometer kesuksesan mengentaskan kemiskinan jika angka bergeser menjauhi ketimpangan bukan pemerataan pendistribusian bantuan sosial.

Wajar saja, jika kisah pilu Raya (4) meninggal dengan tubuh dipenuhi cacing gelang. Raya adalah anak dari seorang ibu ODGJ dan ayah yang sakit TBC, berdomisili di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kondisi raya menjadi cermin buram kemiskinan di tengah pesta kemerdekaan. (detikjabar, 20/8/25)

Usai Raya dinyatakan meninggal, rumah teduh merilis video kronologi awal mula mendatangi Raya hingga membawa ke RS. Alasan keluarga Raya  menghubungi relawan rumah teduh karena terkendala biaya dalam pengobatan. Rumah teduh juga membeberkan perjuangan pihak relawan yang kalang kabut mengurus administrasi bantuan kesehatan. Hal ini karena relawan dioper-oper dari satu instansi ke instansi lain, hingga akhirnya rumah teduh putuskan jalur mandiri.

Memang realitasnya bumi pertiwi jauh dari sejahtera. Menyediakan! Pesta di atas beragam kemalangan rakyatnya sendiri. Lantas, apakah perayaan kemerdekaan hanya seremonial belaka?  Apakah kita benar-benar merdeka.

Lima tahapan suatu negara layak dikatakan merdeka dan berdaya;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline