Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

Gratias

Belajar Untuk Apa? Belajar Untuk Siapa?

Diperbarui: 15 September 2025   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Artikel: Melalui Kompas.com (Katarzyna Bialasiewicz)

Segudang keluh-kesah ortu dalam mendampingi putra-putrinya belajar, menjadi hal yang biasa dan lumrah didengar. Beberapa bercerita jika anak-anaknya 'masih' harus dipaksa belajar atau mengerjakan tugasnya. Atau ada juga yang bercerita, susah sekali membangunkan anak ketika  mau sekolah, sebagai akibatnya mereka sering terlambat masuk sekolah.

Tentu kita mengenal makna motivasi. Motivasi dalam bahasa sederhana bisa dimaknai sebagai sebuah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau sikap. Motivasi ini bisa bersifat internal (intrinsik) dan eksternal (ekstrinsik). Biasanya motivasi internal (daya dorong yang berasal dari dalam diri) ini lebih kuat, maksudnya, perilaku yang muncul biasanya akan bertahan lebih lama dibandngkan yang didorong oleh motivasi eksternal.

Kembali ke hal di atas. Anak-anak usia sekolah, terutama jenjang TK, SD, dan menengah pertama, adalah fase proses menumbuhkan motivasi melalui semua pengalaman yang dilewatinya. Tentunya motivasi internal dan kemampuan untuk mengelola kesadaran masih terus ditumbuhkan pada level-level usia ini.

Banyak dari mereka bisa jadi belum ngerti kenapa sih sebetulnya harus belajar atau sekolah? Kenapa aku harus dapat nilai yang bagus? Kenapa harus melakukan ini dan itu terkait belajar dan sekolah? Buat apa sih sebenarnya disiplin itu?

Menurut Jean Piaget, ada empat tahap perkembangan kognitif. Yang pertama adalah tahap sensori motor yang berkisar di usia 0 hingga 2 tahun. Kemudian,  ada tahap pra operasional di usia 2 hingga 7 tahun. Kemudian tahap perkembangan yang ketiga adalah tahap operasional konkret. Tahap ketiga ini berkisar di kisaran usia 7 hingga 11 tahun.

Kemudian selanjutnya ada tahap perkembangan yang keempat, yaitu tahap operasional formal. Tahap keempat ini terjadi di usia 12 tahun ke atas. Nah, dari teori yang dikemukakan oleh Piaget ini, kita bisa menyimpulkan, bahwa tentunya anak-anak belum mampu berpikir untuk apa sih sebenarnya belajar itu? Untuk apa to aku sekolah?

Merujuk pada usia 7 hingga 11 di mana tahap operasional konkret berlangsung dan telah melwati 2 tahap sebelumnya (di mana usia-usia sekolah dasar dan TK terjadi ) memberikan penegasan bahwa anak-anak pada usia-usia tersebut belum mampu berpikir secara mendalam, terutama mengenai dampak sebab dan akibat seputar dirinya.

Termasuk pertanyaan-pertanyaan, kenapa sih sebenarnya aku harus belajar? Buat apa sebenarnya aku belajar di sekolah? Untuk apa aku belajar disiplin sekarang? Untuk siapa aku berlatih ini dan itu di masa-masa sekolah? Secara kognitif mereka belum ‘dibekali’ untuk berpikir mendalam seperti itu.

Oleh karenanya, kita sebagai ortu rasanya penting terus-menerus memberikan pemahaman, baik melalui diskusi maupun latihan-latihan nyata bagi anak-anak, berupa kebiasaan yang dibentuk (biasanya dengan jadwal yang rutin dan konsisten). Hal ini bisa dimulai di keluarga.

Selanjutnya, di tahap keempat mereka mulai mampu belajar memahami, mengapa harus belajar, mengapa harus sekolah? Kenapa sih gak boleh terlambat masuk sekolah? Kenapa harus belajar disiplin? Mereka akhirnya mulai belajar memahami sebab-akibat dengan lebih luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline