Lihat ke Halaman Asli

Muh Khamdan

TERVERIFIKASI

Researcher / Analis Kebijakan Publik

Pohon Tak Bisa Sendirian Menyelamatkan Bumi, Emisi Adalah Masalahnya!

Diperbarui: 31 Mei 2025   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penghijauan jalan dengan pohon trembesi (Sumber: abanabibit.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, penanaman pohon kerap menjadi simbol penyelamatan bumi dari krisis iklim. Aksi menanam ribuan hingga jutaan pohon digelar serentak oleh pemerintah, korporasi, hingga masyarakat sipil. Namun pertanyaannya, benarkah penanaman pohon secara massal dapat secara signifikan menurunkan suhu bumi?

Studi terbaru yang diterbitkan Communications Earth & Environment pada 13 Mei 2025 menjelaskan bahwa penanaman pohon untuk memulihkan hutan gundul belum tentu menjadi solusi paling efektif dalam penurunan suhu global. Studi ini menyatakan bahwa efektivitas pohon dalam menurunkan suhu sangat bergantung pada latar belakang penyebab emisi gas rumah kaca di wilayah tertentu. Dengan kata lain, menanam pohon tidak akan banyak membantu jika sumber utama emisi tetap dibiarkan merajalela.

Namun, kita tidak bisa serta merta menyepelekan peran hutan. Pohon memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida dari atmosfer, sebuah mekanisme alami yang dikenal sebagai karbon sekuester. Lebih dari itu, pohon juga menghasilkan senyawa organik volatil biogenik (BVOC) yang memengaruhi susunan kimia atmosfer, serta berkontribusi terhadap pendinginan mikroklimatik di sekitarnya.

Dari perspektif teori ekologis pembangunan berkelanjutan, intervensi berbasis vegetasi harus dipandang sebagai bagian dari sistem sosial-ekologis yang utuh. Ekosistem hutan tidak hanya menjadi penyerap karbon, tetapi juga penopang siklus air, pelindung keanekaragaman hayati, dan pengontrol iklim lokal. Maka, menanam pohon bukan sekadar upaya simbolik, melainkan strategi berlapis yang harus didesain dengan kesadaran ekologis yang utuh.

Pemilihan jenis pohon sangat menentukan hasil ekologis jangka panjang. Pohon seperti trembesi, matoa, dan beringin memiliki tingkat produktivitas oksigen tinggi, kemampuan tajuk yang lebar untuk menyerap panas, serta peran ekologis penting dalam memperkaya tanah dan memperlambat penguapan air. Spesies ini harus menjadi bagian dari gerakan menanam pohon yang mempertimbangkan keanekaragaman dan kearifan lokal.

Namun, menanam pohon saja tidak cukup. Jika kegiatan pembakaran lahan, produksi industri kotor, dan polusi udara tetap berlangsung, pohon akan terjebak dalam paradoks ekologis. Mereka dipaksa menyerap lebih dari kapasitasnya, sementara sumber emisi tetap tak tersentuh. Maka, program penghijauan harus diiringi dengan strategi pengurangan emisi yang serius dan terukur.

Menanam pohon bukan hanya soal menghijaukan tanah, tapi menanam harapan di tengah krisis iklim. Setiap akar yang tumbuh adalah perlawanan terhadap panas bumi, dan setiap daun adalah napas baru bagi generasi mendatang.

Dalam wilayah pertambangan, rehabilitasi lahan pasca tambang seringkali diabaikan atau dilakukan secara seremonial. Padahal, wilayah ini justru menjadi ruang paling potensial untuk diubah menjadi laboratorium restorasi ekologi. Menanam pohon di bekas lahan tambang dengan strategi bio-revegetasi berbasis spesies lokal dapat mengubah 'luka ekologis' menjadi zona penurun suhu dan penyangga karbon.

Kebijakan pembangunan berkelanjutan menekankan pada keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan kelestarian lingkungan. Maka, setiap program penanaman pohon harus terintegrasi dalam perencanaan tata ruang wilayah, dengan memperhitungkan kontribusinya terhadap pengurangan emisi dan peningkatan kualitas udara.

Kita juga harus mengubah paradigma dari sekadar menanam pohon menjadi memelihara pohon. Banyak proyek penghijauan yang gagal karena tidak ada perawatan berkelanjutan. Tanpa perawatan, pohon mati sebelum dewasa dan tak sempat menyerap karbon secara optimal. Dalam logika ekologi pembangunan berkelanjutan, keberlanjutan adalah ruh dari setiap intervensi.

Pohon tak butuh tepuk tangan, ia hanya butuh ditanam dan dijaga. Di tengah hiruk pikuk emisi dan polusi, pohon hadir sebagai pengingat bahwa solusi sejati sering kali tumbuh dalam diam dan kesabaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline