Mohon tunggu...
SYAMSUL RIZAL
SYAMSUL RIZAL Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Seorang mahasiswa di Universitas Lambung Mangkurat yang gemar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

UMKM Banua di Tengah Inovasi dan Modernisasi Kuliner

13 Oktober 2025   23:27 Diperbarui: 13 Oktober 2025   23:27 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara Pedagang Risol di Handil bakti (sumber: dokumentasi pribadi)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah, terutama di masa pasca-pandemi. Di Kalimantan Selatan, pelaku UMKM menjadi penopang ekonomi rakyat dengan menjual berbagai produk lokal, mulai dari kuliner, kerajinan, hingga kebutuhan sehari-hari. Meski berperan besar, tantangan utama yang mereka hadapi adalah keterbatasan modal, pengelolaan usaha yang masih sederhana, dan minimnya pemanfaatan teknologi digital. Kemampuan menyesuaikan model bisnis dan produk terhadap kebutuhan konsumen modern adalah strategi utama untuk mempertahankan eksistensi usaha kecil di era digital. Di tengah pesatnya arus modernisasi dan digitalisasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tetap menjadi penggerak utama ekonomi daerah. Di Kalimantan Selatan, pelaku usaha kecil banyak bergerak di sektor kuliner dan perdagangan yang kental dengan cita rasa dan budaya Banua. Namun, di balik potensi besar tersebut, mereka masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan modal, pengelolaan keuangan sederhana, hingga rendahnya literasi digital.

UMKM tidak hanya berperan dalam menciptakan lapangan kerja, tetapi juga menjadi wadah pelestarian budaya lokal melalui produk yang dihasilkan. Karena itu, kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi dan selera pasar menjadi hal penting agar UMKM tetap bertahan dan berkembang. Untuk melihat kondisi tersebut secara langsung, dilakukan survei terhadap lima pelaku UMKM di wilayah Banjarmasin dan Handil Bakti. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar usaha telah berjalan antara satu hingga tiga tahun, dengan jumlah tenaga kerja dua hingga empat orang yang mayoritas berasal dari keluarga sendiri. Fakta ini menggambarkan bahwa UMKM di daerah tersebut masih didominasi oleh usaha keluarga dengan sistem manajemen sederhana, namun memiliki semangat wirausaha yang kuat.

Wawancara Pedagang Risol di Banjarmasin (sumber: dokumentasi pribadi)
Wawancara Pedagang Risol di Banjarmasin (sumber: dokumentasi pribadi)
Dari hasil survei, seluruh responden menilai promosi dan pemasaran sebagai faktor utama keberhasilan usaha. Sebagian besar sudah memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook untuk memperkenalkan produk. Langkah ini menjadi bukti bahwa pelaku usaha kecil mulai beradaptasi dengan pola pemasaran modern yang berbasis digital. Selain itu, aspek inovasi produk juga menjadi fokus penting. Empat dari lima pelaku usaha menyatakan rutin melakukan pembaruan produk, baik dari segi rasa, tampilan kemasan, maupun bahan baku yang digunakan. Beberapa bahkan telah mencoba kemasan ramah lingkungan dan desain label yang lebih menarik. Meskipun inovasinya masih sederhana, langkah ini menunjukkan adanya kesadaran untuk terus menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar tanpa meninggalkan ciri khas lokal.

Dari sisi sosial, seluruh pelaku UMKM menyadari bahwa keberadaan usaha mereka memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Mereka mampu membuka peluang kerja kecil, memberdayakan keluarga, dan mendukung rantai pasok bahan baku lokal. Namun, perhatian terhadap aspek lingkungan seperti pengelolaan limbah dan kebersihan produksi masih terbatas dan perlu mendapat bimbingan lebih lanjut. Temuan ini menggambarkan bahwa UMKM di Banjarmasin memiliki potensi besar untuk berkembang. Dengan semangat kerja keras dan kemauan beradaptasi, para pelaku usaha kecil mulai memanfaatkan peluang di era digital untuk meningkatkan daya saing. Penerapan strategi digital marketing dan inovasi sederhana menjadi langkah awal menuju transformasi yang lebih berkelanjutan. Salah satu contoh inspiratif dari inovasi kuliner lokal adalah BanuaRolls, produk risol modern dengan cita rasa khas Banua. BanuaRolls menghadirkan varian isi seperti ikan haruan, rebung, serundeng, dan versi klasik dengan balutan kulit renyah. Produk ini bukan hanya menghadirkan kenikmatan rasa, tetapi juga membawa pesan bahwa cita rasa lokal bisa dikemas secara modern tanpa kehilangan identitasnya.

Melalui inovasi seperti ini, terlihat bahwa UMKM Banua memiliki kemampuan untuk menggabungkan unsur tradisi dan kreativitas modern. Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga memperkenalkan budaya daerah melalui kuliner khas yang diolah secara inovatif. Ke depan, penguatan UMKM di daerah seperti Banjarmasin membutuhkan dukungan yang nyata dari berbagai pihak. Pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan komunitas wirausaha perlu berkolaborasi dalam memberikan pelatihan digitalisasi usaha, pengelolaan keuangan, serta pengembangan produk lokal yang berdaya saing tinggi. Dengan dukungan tersebut, UMKM Banua dapat tumbuh menjadi sektor ekonomi kreatif yang berkelanjutan mengakar pada kearifan lokal namun terbuka terhadap perubahan zaman. Di tangan para pelaku usaha kecil inilah masa depan ekonomi Banua dibangun; sederhana, mandiri, tetapi penuh semangat dan inovasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun