Lihat ke Halaman Asli

MUARDI

Anggota Bawaslu Kab. Banggai Laut Prov. Sulawesi Tengah

Sejarah Singkat Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad saw (Periode Awal)

Diperbarui: 7 Oktober 2025   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk memahami esensi peradaban Islam secara utuh, kita harus kembali ke akarnya, yaitu pada masa Nabi Muhammad. Pertama, sejarah Nabi Muhammad di Makkah bukanlah sekadar babak awal dakwah. Ini adalah fase fundamental yang membangun fondasi ideologis dan spiritual. Di tengah masyarakat Jahiliyah yang berbasis kesukuan, Nabi Muhammad memperkenalkan konsep tauhid yang radikal, menantang sistem politeistik dan ketidakadilan sosial.

Kedua, sejarah Nabi Muhammad di Madinah menandai transformasi Islam dari gerakan spiritual menjadi sebuah kekuatan politik dan peradaban yang berdaulat. Hijrah bukanlah sekadar perpindahan fisik, melainkan sebuah strategi politis yang cerdas. Di Madinah, Nabi Muhammad saw berhasil menyatukan suku-suku yang berkonflik dan mendirikan negara, kota pertama dalam sejarah Islam. Melalui Piagam Madinah, sebuah konstitusi inklusif, beliau meletakkan dasar bagi sebuah masyarakat sipil yang mengakomodasi keberagaman agama dan etnis.

Ketiga, di balik semua peristiwa historis ini, terdapat satu benang merah yang sangat penting: wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan. Berbeda dengan tradisi intelektual lain yang mengandalkan sepenuhnya pada observasi dan akal, peradaban Islam dimulai dengan wahyu sebagai fondasi epistemologis utamanya. Wahyu bukan hanya berisi aturan agama, tetapi juga mendorong manusia untuk berpikir, meneliti, dan mengamati alam semesta (misalnya, ayat-ayat yang memerintahkan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam).

Sejarah Nabi Muhammad di Makkah

Sejarah peradaban manusia adalah narasi panjang tentang evolusi masyarakat dari bentuk yang paling sederhana menuju struktur yang kompleks, ditandai oleh inovasi sosial, politik, dan budaya. Di antara berbagai peradaban yang muncul, Peradaban Islam menempati posisi unik karena kecepatan dan kedalaman transformasinya, berawal dari Jazirah Arab pada abad ke-7 Masehi. Peradaban ini tidak hanya membentuk identitas spiritual jutaan manusia, tetapi juga meletakkan fondasi bagi sistem sosial, ekonomi, dan politik yang bertahan selama berabad-abad [Van Steenbergen 2020].

Pemahaman mengenai fase-fase awal pembentukan peradaban ini menjadi krusial untuk mengurai benang merah perkembangan dunia Islam hingga kini (Knysh, 2024). Studi awal menunjukkan bahwa lebih dari 70% doktrin tauhid dan etika personal Muslim telah diwahyukan di Mekkah, namun hanya kurang dari 30% literatur modern yang secara eksplisit membahas bagaimana nilai-nilai Mekkah secara langsung membentuk arsitektur peradaban di periode 622--632 M (Dinata, 2021).

Arab Pra-Islam: Kondisi Sosial, Politik, Dan Budaya

Kondisi Sosial

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab hidup dalam struktur sosial yang didominasi oleh sistem kesukuan yang kuat. Setiap suku (kabilah) beroperasi secara independen, seringkali terlibat dalam konflik antar suku, Perempuan pada masa itu mengalami diskriminasi yang signifikan. Mereka tidak memiliki hak waris dan sering diperlakukan sebagai barang milik yang dapat diwariskan atau diperjualbelikan. Praktik seperti mengubur bayi perempuan hidup-hidup juga terjadi, mencerminkan rendahnya status perempuan dalam masyarakat.(Tarigan et al., 2023), Budaya minum minuman keras (khamr) dan perjudian merajalela dalam kehidupan sehari-hari. Kedua aktivitas ini dianggap sebagai hiburan dan bagian integral dari budaya mereka, meskipun seringkali menyebabkan masalah sosial seperti kemiskinan dan konflik. (Tarigan et al., 2023).

Kondisi Politik

Pada masa pra-Islam, terdapat tiga kekuatan politik besar yang berpengaruh terhadap Arab, yaitu Kekaisaran Bizantium yang beragama Nasrani, Kekaisaran Persia yang memeluk Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan. Setidaknya ada dua faktor yang memengaruhi kondisi politik Jazirah Arab saat itu, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua kekuatan besar, Bizantium dan Persia, serta persaingan antara kaum Yahudi, berbagai sekte Nasrani, dan pengikut Zoroaster (M. Abdul Karim, 2009).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline