Lihat ke Halaman Asli

Eko Prasetiyo, Kreator Budaya Digital: Kisah Pertama Kali Ngevlog Barongan di Malioboro

Diperbarui: 24 Juli 2025   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kirab budaya malam di Malioboro bersama kelompok barongan Kusumojoyo --- menjadi saksi pengalaman pertama saya ngevlog budaya dari Demak ke Yogyakarta

Eko Prasetiyo, Kreator Budaya Digital: Kisah Pertama Kali Ngevlog Barongan di Malioboro

 > Perjalanan ini dimulai dari nekat dan sedikit keberanian. Saya, Eko Prasetiyo, seorang kreator budaya digital dari Demak, memutuskan berangkat ke Yogyakarta hanya untuk meliput kirab malam Barongan Kusumojoyo. Bukan undangan, bukan bagian dari panitia, saya hanya ingin merekam momen budaya yang mungkin jarang terekam dengan rasa cinta seutuhnya.

> Berbekal HP jadul dan power bank yang sering error, saya menumpang teman YouTuber sesama Demak untuk sampai di Jogja. Perjalanan tidak mulus. Hujan turun saat perjalanan, memaksa saya berteduh di pom bensin. Tapi niat tak padam. Begitu sampai, saya langsung menyapa para pemain barongan yang sedang bersiap dan make-up untuk kirab malam.

> Yang lucu, saat saya menyapa pemain dan mulai ngobrol santai sambil pegang kamera---saya lupa menekan tombol play. Video tidak merekam apa pun. Saya ulang, dengan rasa malu tapi tetap tertawa. Ini pengalaman pertama saya bicara langsung ke kamera, grogi, salah ngomong, dan menahan tawa melihat wajah sendiri.

> Kirab malam itu berjalan meriah di kawasan Malioboro. Ada barongan, penari, kuda lumping, dan kisah Dadung Awuk vs Joko Tingkir yang dikisahkan sambil arak-arakan. Saya rekam semuanya dalam dua video, meski kualitasnya sederhana. Tapi saya yakin, isinya penuh nilai.

> Setelah acara selesai, saya langsung pulang malam itu juga ke Demak. Badan lelah, tapi hati bahagia. Saya tidak pernah menyangka bisa menantang diri seperti ini hanya demi budaya.

> Barongan Kusumojoyo sendiri adalah bagian dari kesenian rakyat Jawa yang memadukan unsur tari, gamelan, kuda lumping, serta cerita rakyat. Biasanya ditampilkan saat kirab atau perayaan tradisional. Sayangnya, budaya seperti ini sering luput dari dokumentasi digital yang baik.

> Saya percaya, budaya bisa abadi jika ada yang peduli. Saya bukan lulusan tinggi, hanya lulusan SD. Tapi saya yakin, pelestarian budaya tidak butuh gelar---cukup keberanian dan cinta.

> Video dokumentasinya bisa kamu temukan di channel saya: Eko Pras TV di YouTube

Kalau kamu punya pengalaman serupa, atau ingin berbagi cerita tradisi kampungmu---silakan tulis di komentar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline