Lihat ke Halaman Asli

MomAbel

TERVERIFIKASI

Mom of 2

Menjadi Penengah Pertengkaran Anak

Diperbarui: 15 November 2021   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertengkaran anak-anak (Foto: Pixabay.com/Victoria_Borodinova)

Suatu hari kami makan di rumah makan. Si sulung (10 tahun) dan si bungsu (4 tahun) masih terus ribut bertengkar. Hal ini membuat kegaduhan yang menarik orang untuk menoleh.

"Itu nggak bagus!" kata si Sulung meledek adiknya. Sebenarnya sebuah kesengajaan supaya adiknya marah.

"Bagus, Kakak...!!!" balas si Bungsu dengan nada sengit karena tidak terima. Pertengkaran seru pun dimulai. Teng.. teng...

Hmmm... bagi orangtua yang punya anak masih kecil-kecil pasti paham. Pertengkaran anak-anak adalah "makanan" sehari-hari. Dari pertengkaran kecil bisa bersambung dengan teriakan, pukul-pukulan, kejar-kejaran, diam-diaman, dan tangisan.

Biasanya usia, jenis kelamin, dan jarak usia antar saudara sangat memengaruhi "wujud" pertengkaran. Misalnya, pada anak-anak saya yang berbeda jenis kelamin dan jarak usianya cukup jauh (6 tahun) lebih berkurang sedikit "keseruan"nya.

Saya pernah melihat anak sepupu yang kembar dan sama-sama perempuan. Saat bertengkar mereka lebih banyak adu mulut yang panjang dan tidak selesai-selesai. Sedangkan jika sama-sama anak laki-laki, biasanya lebih ke fisik dari pukul-pukulan, tendang-tendangan dan seterusnya.

Nah, jika yang satu perempuan dan yang lain adalah laki-laki tentu saja kombinasi antara adu mulut dan pukul-pukulan (Hadehhh...). Tapi ini cuma perkiraan saja dari pengamatan saya. Yang pasti mau apapun bentuknya, yang namanya pertengkaran anak-anak selalu "seru" dan tak jarang membuat pening kepala orangtua.

Wajarkah anak-anak yang bertengkar?

Orangtua zaman dulu selalu menginginkan anak-anak diam, menurut, dan tak pernah bertengkar. Di zaman ibu atau almarhum mertua saya dan sebelumnya mungkin saja itu terwujud.

Kalau dari cerita ibu saya, dulu setiap kali makan selalu duduk tertib di meja makan. Tangan dilipat di meja dan harus sabar menunggu makanan datang. Tak ada yang berani bertanya, mengeluh, apalagi berisik.

Zaman itu anak-anak takut kepada orangtua, tak boleh membantah, dan waktu berkata kepada orangtua pun harus menunduk. Bisa dikatakan anak-anak tak pernah bertengkar dengan sesama saudaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline