Opini: Menghidupkan Kembali Nilai Pendidikan Islam Al-Zarnuji di Era Modern
Pemikiran pendidikan Islam yang digagas oleh Syaikh Burhanuddin Al-Zarnuji dalam kitab Ta'limul Muta'allim sampai sekarang masih terasa banget relevansinya, meski kitab ini ditulis ratusan tahun lalu. Di tengah kondisi pendidikan modern yang makin berorientasi pada nilai akademik dan gelar, konsep pendidikan Al-Zarnuji seakan jadi pengingat bahwa belajar itu nggak cuma soal pinter di otak, tapi juga soal bersihnya hati, adab, dan niat yang tulus karena Allah.
Al-Zarnuji menulis kitab ini karena prihatin melihat banyak pelajar yang rajin belajar, tapi ilmunya nggak berbuah manfaat. Menurut beliau, hal itu terjadi karena kesalahan dalam niat dan cara menuntut ilmu. Bagi Al-Zarnuji, belajar bukan sekadar kegiatan intelektual, tapi ibadah yang harus dilandasi keikhlasan, kesungguhan, dan penghormatan pada guru. Pandangan ini jelas beda jauh dengan sistem pendidikan modern yang lebih sering menilai kesuksesan dari nilai ujian, ranking, atau jabatan.
Dalam kitab Ta'limul Muta'allim, Al-Zarnuji menekankan beberapa nilai inti yang bisa dibilang sebagai pondasi pendidikan karakter Islam. Pertama adalah niat. Beliau bilang, niat yang benar jadi kunci utama keberkahan ilmu. Kalau niatnya cuma cari popularitas, pekerjaan, atau keuntungan duniawi, maka ilmunya nggak akan membawa manfaat. Kedua, beliau menekankan pentingnya memilih guru yang alim dan wara'. Guru itu bukan cuma orang yang ngajar, tapi juga sosok panutan yang bisa membentuk akhlak murid. Ketiga, murid harus menjaga adab dan etika, seperti hormat pada guru, tidak memotong pembicaraan, dan tidak sombong dengan sedikit ilmu yang dimiliki.
Konsep ini terasa sederhana, tapi kalau kita lihat kondisi pendidikan sekarang, nilai-nilai itu mulai pudar. Banyak siswa yang pintar secara akademik tapi kurang sopan, bahkan ada yang terang-terangan menyepelekan gurunya. Di sisi lain, banyak guru yang kehilangan semangat mendidik karena tekanan administratif dan target akademik. Padahal, dalam pandangan Al-Zarnuji, pendidikan itu soal hubungan batin antara guru dan murid yang didasari rasa hormat dan cinta.
Hal lain yang menarik dari pemikiran Al-Zarnuji adalah pandangan beliau tentang kesuksesan intelektual. Menurutnya, kesuksesan itu bukan diukur dari seberapa tinggi nilai akademik seseorang, tapi dari manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan, bukan hanya dihafal. Prinsip ini sebenarnya sejalan banget dengan hadis Nabi yang bilang bahwa manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Jadi, kalau sekarang banyak orang yang berilmu tapi malah bikin rusak moral masyarakat, bisa jadi karena mereka belajar tanpa ruh spiritual yang diajarkan oleh Al-Zarnuji.
Pemikiran Al-Zarnuji juga punya nilai praktis buat dunia pendidikan modern. Misalnya, dalam konteks sekolah dan kampus sekarang, konsep adab sebelum ilmu bisa diterapkan dalam bentuk pembiasaan karakter sejak dini --- mulai dari menghargai guru, disiplin waktu, jujur, sampai menjaga kebersihan. Begitu juga dengan konsep tawakkal dan wara' yang diajarkan Al-Zarnuji, bisa jadi pondasi agar siswa nggak stres atau terjerumus dalam budaya kompetisi yang berlebihan.
Kalau pendidikan zaman sekarang mau benar-benar mencetak generasi yang cerdas dan beradab, maka pemikiran Al-Zarnuji patut dijadikan inspirasi. Kitab Ta'limul Muta'allim bukan sekadar buku etika belajar santri, tapi pedoman universal yang ngajarin manusia gimana caranya menuntut ilmu dengan hati yang bersih dan tujuan yang mulia.
Kesimpulannya, pemikiran pendidikan Islam Al-Zarnuji adalah ajakan untuk menyeimbangkan antara otak dan hati, antara kecerdasan dan moralitas. Dunia boleh berubah cepat, teknologi boleh makin canggih, tapi nilai-nilai keikhlasan, hormat, dan kesungguhan dalam belajar nggak boleh hilang. Justru dari sanalah lahir manusia yang bukan cuma pintar di atas kertas, tapi juga punya akhlak, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama --- seperti yang dicita-citakan oleh Al-Zarnuji dalam setiap untaian nasihatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI