Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

MengEMASkan Indonesia, Bukan Sim Sala Bim

Diperbarui: 30 September 2025   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emas batangan (foto:ko in)

nbMasih ingat, siapa yang pertama kali mengajari kita pentingnya berinvestasi ? Kalau sulit menemukan, saya bantu.  Ingat saat menerima uang jajan dari kakek, nenek, om atau tante manakala berkunjung ke rumahnya waktu libur hari raya atau libur sekolah.

Demikian pula saat orang tua, memberi uang saku. Mereka selalu berpesan saat memberi uang, “Jangan lupa sisanya ditabung.”. Mengapa mereka selalu pesan seperti itu.

Apakah demikian halnya dilakukan oleh mereka yang saat ini sudah dewasa dan berkeluarga kepada anak, keponakan atau cucunya ? Atau kalian masih remaja, masih mendapat “angpao” tak terduga dari kerabat, walau bukan saat hari besar. Tetapi tidak lupa dengan tambahan pesan, “Ditabung, sisanya.”

Menabung kegiatan menyimpan uang, bukan sekadar kegiatan hidup hemat dengan slogan, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit.

Dengan menabung, orang tua, kakek nenek, om dan tante secara tidak langsung, sadar atau tidak. Mereka ajarkan pentingnya berinvestasi dengan cara menabung. Hidup hemat, tidak mudah menghamburkan uang, menggunakan sejumlah uang mesti ada tujuan dan kebermanfaatan.

Menabung, tidak membuat seseorang gampang terkena bujuk rayu, berbagai tawaran lewat iklan dan sejenisnya. Ujung-ujungnya untuk memuaskan nafsu konsumerisme yang tidak akan ada habisnya. Lewat berbagai promosi, informasi dikemas sedemikian rupa sehingga menarik. Termasuk memanfaatkan berbagai platform media sosial.

Menabung uang, merupakan salah satu bentuk investasi dengan risiko rendah atau low risk. Dibandingkan investasi lain seperti properti, saham, perdagangan mata uang atau forex.

Akhir-akhir ini tidak sedikit orang tertarik untuk ikut investasi mata uang digital seperti bitcoin, ethereum dan solana. Investasi ini tergolong investasi high risk, high gain. Menawarkan keuntungan cepat dan besar tetapi linear dengan risikonya. Semakin besar pula kemungkinan kerugiannya.

Menabung uang, keuntungan tidak begitu besar tetapi risiko kecil. Bukan berarti tanpa risiko. Mereka yang pernah alami krisis moneter tahun 1997-1998, pasti merasakan bagaimana nilai mata uang rupiah seperti tidak ada arti.

Rupiah menjadi tidak ada harganya terhadap mata uang asing lain. Dalam hal ini dolar Amerika, mulanya berkisar Rp 2.380 menjadi sekitar Rp 16.000 sampai Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat. 

Harga barang-barang impor mahal. Tidak sedikit perusahaan tutup karena beban hutang dalam bentuk dolar. Sehingga banyak terjadi PHK, pemutusan hubungan kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline