70 Persen Lemari Saya Isinya Batik
Dari Bukti Cinta Budaya Hingga Jembatan Persaudaraan di Australia
Kalau membuka lemari pakaian saya, dapat dikatakan hampir 70 persen isinya adalah batik. Tentu bukan untuk dijadikan pajangan, melainkan benar-benar untuk dipakai. Di musim dingin di Australia, memang saya lebih sering memakai jaket, tetapi begitu cuaca menghangat, batiklah yang kembali menjadi pilihan utama saya.
Bagi saya, cinta batik tidak cukup hanya diucapkan sekali dalam setahun, misalnya saat Hari Batik Sedunia. Cinta batik harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Misalnya dengan mengenakannya dalam berbagai kesempatan, atau bahkan menjadikan batik sebagai hadiah ulang tahun bagi teman-teman di Australia. Mereka pun senang, sebab di balik motif batik tersimpan filosofi, sejarah, dan seni yang khas dari Indonesia.
Setiap orang tentu punya cara berbeda untuk membuktikan cintanya, termasuk cinta pada batik Indonesia. Ada yang memakainya sehari-hari, ada yang mengoleksinya, ada pula yang memperkenalkannya kepada dunia. Semua itu adalah wujud nyata yang jauh lebih berharga daripada sekadar slogan.
Perlu kita ingat, pada 2 Oktober 2009, UNESCO secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sejak saat itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Sedunia. Pengakuan ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab kita semua untuk terus melestarikan dan memakainya dengan bangga.
Bagi saya, cinta itu bukan slogan, tetapi tindakan.
Dan cinta batik adalah salah satu cara saya menunjukkan kebanggaan terhadap warisan budaya bangsa, sekaligus menjadikannya jembatan persahabatan lintas negara.
Selamat Hari Batik Sedunia.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI