Kabut pagi masih menyelimuti kota ketika Pak Tono, seorang pengusaha dengan kemeja yang mulai kusut, menerobos masuk ke kantor Pak Darta. Matanya merah karena kurang tidur, wajahnya memancarkan kecemasan yang dalam.
"Ada yang memalsukan tanda tangan saya, Pak," ujarnya serak, melemparkan selembar kontrak ke meja. Nilainya miliaran. "Saya sudah tanya semua orang di kantor. Mereka bersumpah tidak melakukannya. Jadi... siapa yang berbohong?"
Pak Darta, detektif swasta berusia senja, mengamati dokumen itu. Bagi kebanyakan orang, ini kasus kriminal biasa. Namun baginya, kebenaran bukanlah sesuatu yang langsung terlihat. Ia tahu, ada yang tampak benar, dan ada yang benar-benar benar.
Langkah pertama membawanya ke kantor Pak Tono. Ia tidak hanya mendengar sumpah, tapi juga memperhatikan. Satya, manajer keuangan, menghindari kontak mata saat menyangkal. Suara Sari, sekretaris, bergetar halus. Namun, Darta paham: kegelisahan hanyalah petunjuk, bukan bukti.
Ia lalu membenamkan diri di ruang arsip, meneliti tumpukan dokumen. Rekaman CCTV pun ia putar berulang-ulang: siapa keluar-masuk, siapa membawa map. Saat membandingkan tanda tangan palsu dengan yang asli, ia menemukan sesuatu: goresannya terlalu sempurna, seperti dicetak, bukan ditulis.
Kemiripan dengan tanda tangan Budi, staf administrasi, terlalu jelas untuk diabaikan. Motif juga ada: Budi baru saja gagal promosi. Namun alibi Budi kokoh---tiket pesawat, stempel hotel, dan saksi rekan kerja membuktikan ia di luar kota pada hari kejadian.
Di apartemen sempitnya, Darta menatap papan tulis penuh coretan. Bukti fisik menunjuk Budi, logika alibi membebaskannya. Untuk pertama kalinya, ia meragukan metodenya sendiri.
Namun keraguan itu justru jadi jalan keluar. "Bukan siapa yang menandatangani," pikirnya, "tapi bagaimana tanda tangan itu dibuat." Jika tanpa pena, berarti ada teknologi lain. Stempel.
Ia kembali menelusuri data dan menemukan slip pengiriman kecil dari CV. Langit Percetakan. Paket itu dikirim sehari sebelum kejadian ke kantor Pak Tono. Nomor telepon penerima? Milik divisi administrasi---tempat Budi bekerja.
Darta menyamar sebagai klien baru dan mendatangi percetakan. Dari sana ia mendapat kepastian: ada pesanan stempel tanda tangan Pak Tono, dibuat dengan hasil scan dokumen asli. Pesanannya ditujukan ke kantor Pak Tono, dibayar tunai.