Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Health Promoter

Master of Public Health | Praktisi Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cara Menjaga Kesehatan Mental saat Berita di Media Sosial Sangat Menguras Emosi

3 September 2025   12:43 Diperbarui: 4 September 2025   00:48 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, jika kita membuka media sosial, hampir selalu disuguhi oleh banjir berita negatif. Mulai dari demonstrasi, ketidakadilan, kasus kriminal, hingga komentar penuh amarah yang menghiasi kolom-kolom digital. Lambat laun, semua itu bisa terasa memuakkan dan menguras emosi. Tak jarang, kita mendapati diri menjadi mudah marah, resah, bahkan stres, seolah-olah ikut hanyut dalam pusaran masalah yang tak ada habisnya.

Fenomena ini bukan sekadar perasaan subjektif belaka. Sejumlah penelitian psikologi telah membuktikan bahwa paparan terus-menerus terhadap berita negatif dapat memicu stres, kecemasan, hingga gangguan kesehatan mental yang serius. Otak manusia, pada dasarnya, dirancang untuk cepat merespons ancaman. 

Saat membaca atau menonton berita yang sarat konflik dan ketidakpastian, otak kita masuk ke mode fight or flight sebagai sebuah mekanisme bertahan hidup yang membuat tubuh bersiap menghadapi bahaya. Akibatnya, meski ancaman itu tidak terjadi langsung pada diri kita, tubuh bereaksi seolah-olah sedang berada di situasi genting.

Dalam kondisi seperti itu, hormon stres kortisol diproduksi dalam jumlah tinggi. Jika paparan ini berlangsung lama, dampaknya bisa merugikan: stres kronis, gangguan tidur, kelelahan mental, hingga melemahnya sistem kekebalan tubuh. Tidak berhenti di situ, kondisi psikologis juga terganggu. Banyak orang merasa terjebak dalam lingkaran mood negatif seperti marah, putus asa, atau sedih berkepanjangan. Beberapa bahkan mulai menarik diri dari interaksi sosial karena merasa dunia terlalu menekan.

Kondisi ini kian kompleks dengan karakter media sosial. Di sana, berita negatif tidak hanya muncul dalam bentuk laporan peristiwa, tetapi juga bercampur dengan komentar pedas, hoaks, cyberbullying, hingga praktik body shaming. Penelitian menunjukkan bahwa generasi muda, yang lebih intens menggunakan media sosial, menjadi kelompok paling rentan. Tingkat kecemasan, depresi, dan stres pada mereka meningkat tajam akibat paparan konten negatif yang nyaris tanpa jeda.

Secara umum, paparan yang berkepanjangan terhadap berita buruk menurunkan kualitas kesehatan mental. Perasaan tidak berdaya atau yang dikenal dengan istilah learned helplessness sering muncul ketika seseorang terus-menerus menyerap informasi tanpa ada kendali atau solusi nyata. Dari hari ke hari, hal ini bisa menimbulkan tekanan emosional berat dan menggerus semangat hidup.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk tetap waras di tengah derasnya arus berita negatif?

Pertama, penting untuk membatasi konsumsi berita. Menentukan waktu khusus untuk membaca berita membantu otak beristirahat dari paparan berulang yang memicu stres. Pilih sumber informasi yang kredibel dan seimbang, sehingga kita tidak hanya dijejali sisi buruk dari realitas, melainkan juga mendapat gambaran solusi dan perkembangan positif.

Kedua, latih diri untuk memilah informasi positif. Membaca kisah inspiratif, inovasi sosial, atau berita tentang kebaikan dapat memberi keseimbangan emosional. Jangan lupa juga untuk aktif dalam kegiatan yang membuat hati ringan, seperti berolahraga, mendengarkan musik, atau mengerjakan hobi. Aktivitas-aktivitas sederhana ini membantu otak memproduksi endorphin atau hormon kebahagiaan yang melawan efek kortisol.

Ketiga, praktikkan mindfulness atau meditasi. Dengan melatih diri untuk hadir pada momen sekarang, kita bisa mengurangi kecemasan yang biasanya muncul dari berita buruk yang bersifat spekulatif. Bernafas perlahan, fokus pada apa yang nyata di sekitar, dan melepaskan pikiran berlebihan dapat menjadi penangkal ampuh stres digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun