Lihat ke Halaman Asli

Khairu Syukrillah

Aceh | khairuatjeh@gmail.com | IG @khairusyukrillah

Madumu, Maduku, Madu Kita

Diperbarui: 5 Maret 2020   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Lidia Alfi

Siang panas membahana dengan teriknya, menjadi saksi saat duduk dipojok kafe kota yang khas dengan suara musik sendu tanpa para orkesra.

Hilir mudik para tamu keluar masuk memenuhi kursi-kursi yang kosong. Terdengar sesekali sang pramusaji menghidangkan para pesananan.

Lalu, lamunan ku tergugah oleh ponsel yang berbunyi. Pesan dari sang maestro sastra tentang rangkain kata-kata dengan makna.

Ya, sebuah rangkaian kata dengan makna sastra tentang manisnya hasil alam. Madu!

Lantas aku berteriak dalam diri tanpa suara, Madu dan Madu yang penuh makna disiandingkan dengan ciptaan sang khalik.

Ya, Madu yang manis namun akan sangat pahit jika dimakna dengan simbolik kiasan. Madu, Madu dan Madu yang penuh makna akan sebuah kiasan jika dimaknai oleh Rasa. 

Nikmati Madu Mu itu bukan Madu Ku apalagi untuk di Madu Tuan.

Brebes, 5 Maret 2020.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline