Hari Anak Nasional bukan hanya soal pesta, panggung hiburan, atau lomba yang meriah. Lebih dari itu, ini adalah momen untuk merenung tentang siapa anak-anak kita hari ini, dan mereka sedang tumbuh menjadi apa ?.
Anak bukan ajang pamer prestasi demi kebanggaan semu. Anak bukan hiasan panggung atau deretan piala tanpa makna. Anak adalah manusia kecil yang sedang belajar memahami dunia yang butuh bimbingan, bukan tekanan. Butuh teladan, bukan hanya tuntutan.
Mari para orang tua, kita bertanya pada diri sendiri:
Apakah kita benar-benar hadir untuk anak? Ataukah kita terlalu sibuk mengejar layar, lupa menatap matanya? Apakah rumah masih menjadi tempat tumbuh yang hangat, atau hanya jadi tempat pulang paling bising?
Mari para guru, kita jujur pada nurani:
Apakah kita masih mendidik dengan hati? Ataukah hanya sibuk dengan tumpukan administrasi? Apakah kita memberi ruang anak bertanya dan tumbuh, atau justru membungkam keingintahuan mereka demi "kejar target kurikulum"?
Dan untuk para pemangku kebijakan, renungkanlah:
Apakah semua aturan berpihak pada masa depan anak, atau sekadar panggung politik untuk kembali duduk di kursi yang empuk?
Anak-anak adalah wajah masa depan.
Tapi hari ini, tak jarang mereka justru jadi korban arus digital yang membanjiri tanpa saring, kehilangan arah, kehilangan jati diri.
Di Hari Anak Nasional ini, mari kita kembali berpihak pada anak.
Dengan cinta, dengan budi pekerti, dan dengan kesadaran bahwa membentuk karakter mereka adalah investasi terbaik bagi bangsa ini.
Selamat Hari Anak Nasional.
Semoga kita tidak sekadar merayakan, tapi juga mendewasakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI