Lihat ke Halaman Asli

Karnita

TERVERIFIKASI

Guru

Mampukah Patriot Bonds Menjadi Warisan, Bukan Penyesalan?

Diperbarui: 26 Agustus 2025   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BPI Danantara sedang menyiapkan penerbitan Patriot Bonds. Foto: Republika/Thoudy Badai

Mampukah Patriot Bonds Menjadi Warisan, Bukan Penyesalan?

"Lebih baik melangkah cepat dengan arah yang jelas, daripada berdiam lama hingga kehilangan kesempatan emas."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Mampukah sebuah surat utang bernama Patriot Bonds menjadi jembatan menuju kemandirian bangsa, atau justru sekadar jargon yang berakhir di arsip sejarah? Pada 26 Agustus 2025, Republika melaporkan rencana Danantara Indonesia menerbitkan instrumen pembiayaan strategis ini. Ide tersebut hadir dengan janji besar: memperkuat kolaborasi pemerintah dan dunia usaha demi agenda pembangunan jangka panjang. Di tengah keresahan soal ketergantungan pada utang luar negeri dan kebutuhan mendesak akan sumber dana berkelanjutan, Patriot Bonds digadang-gadang sebagai oase harapan baru.

Urgensinya jelas, karena pembangunan tidak bisa terus-menerus mengandalkan pembiayaan konvensional atau utang luar negeri. Dengan instrumen seperti Patriot Bonds, negara dapat menyediakan ruang partisipasi sukarela dari kalangan dunia usaha, sekaligus menyalurkan energi gotong royong ke arah yang lebih produktif. Inilah momentum penting untuk menjawab tantangan transformasi ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.

Namun, sejarah memberi pelajaran pahit. Program Agrinas, yang digadang-gadang sebagai pilar kemandirian pangan, justru berjalan lamban dan salah orientasi prioritas. Bahkan, Direktur Utamanya mundur karena merasa malu atas kegagalan arah tersebut. Jangan sampai Patriot Bonds mengalami nasib serupa: penuh semangat di awal, tapi gagal dalam implementasi.

1. Patriot Bonds dan Urgensi Kemandirian Pembiayaan

Patriot Bonds hadir di saat kebutuhan pembiayaan jangka menengah dan panjang semakin mendesak. Dengan tekanan global dan keterbatasan APBN, negara memerlukan alternatif yang kuat sekaligus stabil. Melibatkan dunia usaha nasional dalam instrumen ini menunjukkan bentuk kolaborasi yang lebih sehat dan saling menguntungkan.

Namun, keunggulan ide belum cukup tanpa implementasi yang jelas. Instrumen ini harus ditempatkan pada prioritas sektor yang produktif, berjangka panjang, dan berdampak nyata bagi masyarakat. Jika tidak, partisipasi dunia usaha bisa berubah menjadi beban baru. Di sinilah pentingnya arah strategis yang terukur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline