Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mencoba Pojok Baca Digital di Bandara Radin Inten II

16 Oktober 2025   00:41 Diperbarui: 16 Oktober 2025   18:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pojok Baca Digital di Gate 1 Bandara Radin Inten II, hasil kolaborasi Dispusip Lampung, Bank Lampung, & Bunda Literasi. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)

Pagi itu (15/10), saya melangkah menuju Gate 1 Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung. Setelah melewati pemeriksaan tiket dan barang bawaan, pandangan saya langsung tertuju pada sebuah sudut yang tampak berbeda dari area lain. Di dindingnya terpampang tulisan besar: “Pojok Baca Digital.”

Sebuah ruang kecil yang rapi, sederhana, tapi cukup mencuri perhatian. Di atasnya tertulis tiga logo - Dispusip, Bank Lampung, dan Bunda Literasi. Tiga nama yang tak asing, apalagi bagi yang mengikuti perkembangan gerakan literasi di Lampung. 

Saya segera mendekat. Dari kejauhan, tampak dua komputer di atas meja putih panjang, diapit rak buku di kanan dan kiri. Sebuah layar besar menempel di tengah, menayangkan informasi penerbangan dan ajakan untuk memanfaatkan layanan Free Wi-Fi.

Udara bandara yang biasanya penuh hiruk-pikuk tiba-tiba terasa teduh di sudut itu. Dua kursi hitam beroda tampak menunggu siapa pun yang ingin berhenti sejenak dari ritme perjalanan. Saya pun duduk, mencoba merasakan seperti apa pengalaman “digital reading corner” yang mulai banyak digagas di tempat umum.

Rasa penasaran membawa saya untuk mencoba salah satu komputer yang tersedia. Saat layar menyala, harapan saya sederhana - semoga ada akses menuju koleksi e-book, majalah digital, atau aplikasi literasi yang bisa diakses bebas.

Namun setelah menunggu beberapa saat, jaringan internet di komputer itu tampak tidak terhubung. Saya coba komputer satunya; kali ini koneksi berhasil, tapi isinya hanya menampilkan tampilan desktop standar. Tak ada aplikasi khusus atau portal bacaan digital seperti yang saya bayangkan.

Dua komputer, Wi-Fi gratis, dan rak buku tersedia untuk siapa pun yang ingin membaca sambil menunggu penerbangan. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Dua komputer, Wi-Fi gratis, dan rak buku tersedia untuk siapa pun yang ingin membaca sambil menunggu penerbangan. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Saya tersenyum kecil. Ada rasa sedikit kecewa, tapi juga rasa kagum. Karena, meski belum sempurna, inisiatif seperti ini tetap pantas diapresiasi.

Di tengah suasana bandara yang identik dengan mobilitas, ada ruang kecil yang mengingatkan kita untuk berhenti sebentar - membaca, merenung, atau sekadar mengisi waktu dengan hal yang lebih bermakna daripada sekadar menatap layar ponsel tanpa arah.

Saya kemudian menoleh ke rak buku di sisi kiri. Beberapa judul tersusun acak - mulai dari buku anak, buku motivasi, hingga bacaan ringan lainnya. Salah satu sampul yang menarik perhatian saya berjudul “Waspada Susah Tidur”. Saya ambil buku itu, lalu membacanya perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun