Di tengah riuhnya kuliner Medan yang penuh rempah dan sejarah, ada satu minuman yang tak pernah absen dari meja warung, kedai kopi, hingga dapur rumah tangga: Teh Tjap Rentjong.Â
Ia bukan teh mewah, bukan teh herbal, bukan teh modern. Ia adalah teh rakyat, wangi, pekat, dan jujur. Diseduh bukan untuk gaya hidup, tapi untuk kehadiran. Diminum bukan untuk tren, tapi untuk rasa yang tak pernah bohong.
Asal-usul dan Nama yang Melekat
Meski belum terdokumentasi secara resmi, Teh Rentjong diyakini berasal dari pengolahan teh lokal Sumatera, khususnya dari dataran tinggi di sekitar Deli Serdang dan Simalungun.Â
Nama "Rentjong" sendiri mengingatkan pada senjata tradisional Aceh, memberi kesan kuat dan berkarakter, seperti rasa tehnya yang tajam dan berani.
Teh ini mulai dikenal luas di Medan sejak dekade 1970-an, dan menjadi bagian dari budaya minum teh di warung kopi, rumah tangga, dan pasar tradisional.Â
Ia hadir tanpa iklan, tanpa gerai mewah, tapi dengan kenangan kolektif yang diwariskan dari cangkir ke cangkir.
Karakteristik Teh Rentjong
- Jenis: Teh hitam bubuk wangi Â
- Asal bahan: Daun teh pilihan dari dataran Sumatera Â
- Aroma: Kuat dan khas, kadang berpadu dengan sentuhan vanilla Â
- Rasa: Pekat, sedikit pahit, sangat cocok untuk campuran susu atau kopi
- Kemasan: Dijual dalam renceng plastik kecil, mudah dibeli, mudah diseduh Â
"Kalau teh Rentjong, itu teh orang tua. Teh yang dulu diseduh waktu kami masih kecil. Rasanya kuat, aromanya khas. Kalau sudah minum itu, rasanya seperti pulang." - Warga Medan
Ragam Penyajian
Teh Rentjong dikenal fleksibel:
- Teh susu: Campuran teh dan susu kental manis, menghasilkan rasa yang lembut tapi tetap berkarakter Â
- TST (Teh Susu Kopi): Minuman khas Medan yang mencampur teh Rentjong dengan kopi dan susu Â
- Teh tawar: Dinikmati langsung tanpa campuran, untuk mereka yang ingin rasa asli Â