Gen Z Jadi Ketua RT: Bukti Nyata Bahwa Kepemimpinan Tak Menunggu Tua
"Prinsip saya: sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama." -- Sahdan Arya Maulana
Oleh Karnita
Pendahuluan: Ketika Kepemimpinan Tak Lagi Soal Usia
Di tengah citra Gen Z yang sering dicap pasif, apatis, dan sibuk dengan layar gawai, muncul satu kisah kontras dari sudut Jakarta Utara. Seorang mahasiswa berusia 19 tahun, Sahdan Arya Maulana, terpilih sebagai Ketua RT di Kelurahan Rawa Badak Selatan. Kisah ini viral bukan karena sensasi, melainkan karena substansi: kerja nyata, transparansi anggaran, dan inovasi sosial.
Diberitakan oleh Republika.co.id pada 14 Juli 2025, Sahdan bukan hanya menang telak dalam pemilihan RT, tetapi langsung tancap gas dalam dua bulan awal kepemimpinannya. Mulai dari pengecoran jalan swadaya, program bantuan sosial, hingga sistem iuran transparan berbasis nilai Muhammadiyah, semua menunjukkan betapa anak muda bisa memimpin dengan integritas.
Fenomena ini mengundang refleksi lebih luas: apakah kita masih memegang paradigma lama bahwa pemimpin harus berumur dan berpengalaman? Atau sudah saatnya membuka ruang partisipasi bagi anak muda yang punya visi, aksi, dan kredibilitas?
1. Kepemimpinan yang Muda, Namun Matang
Sahdan bukan sekadar simbol anak muda yang terjun ke birokrasi lokal. Ia adalah representasi generasi baru yang membawa nilai efisiensi, kedekatan sosial, dan manajemen berbasis komunitas. Di usia 19 tahun, ia menang secara demokratis dengan selisih suara mencolok---bukti bahwa warga tak lagi melihat usia sebagai tolok ukur utama.
Kemenangan Sahdan menunjukkan adanya kepercayaan dari masyarakat bahwa pemimpin muda mampu menjawab kebutuhan zaman. Ia menjadikan RT bukan sekadar jabatan struktural, melainkan wahana perubahan sosial mikro yang konkret dan terukur. Proyek pengecoran jalan tanpa dana pemerintah menjadi bukti bahwa kredibilitas dibangun melalui hasil, bukan wacana.